HOME  ⁄  Ekonomi

Soal Pemanfaatan EBT di Sektor Batu Bara, Emiten BUMI Jagoannya

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Soal Pemanfaatan EBT di Sektor Batu Bara, Emiten BUMI Jagoannya
Foto: Ilustrasi - Pertambangan batu bara Bumi Resources. (Pantau/Bumi Resources)

Pantau - Emiten pertambangan batu bara terbesar di Indonesia, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dinobatkan sebagai emiten dengan posisi teratas pada porsi pemanfaatan Energi Baru Terbarukan alias EBT. Angkanya mencapai 69 persen dari total konsumsi listrik perseroan.

Hal ini dinyatakan oleh Analis ESG Bloomberg Intelligence (BI) Michelle Young. Ia menjelaskan bahwa dari berbagai produsen batu bara yang mereka ulas pada 2022 lalu, baru 30 persen yang mengadopsi energi terbarukan.

Di dalamnya, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (7/2/2024), terdapat 2 produsen batu bara Indonesia yang melaporkan penggunaan EBT dengan persentase terbesar, yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Keduanya dinobatkan menjadi yang paling menonjol, dengan energi terbarukan menyumbang masing-masing 69 persen dan 64 persen dari total konsumsi listriknya.

Terkait upaya BUMI mendukung transisi energi dan net zero emission, pada kesempatan terpisah Direktur BUMI Dileep Srivastava menyampaikan, pihaknya mengimplementasikan komitmen pemanfaatan energi baru terbarukan melalui berbagai skema.

Di antaranya, sambung Dileep, elektrifikasi armada pada unit-unit usaha, mendorong penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, serta pemanfaatan energi angin, surya, juga biomassa pada area bekas tambang di daerah terpencil.

BUMI berharap dapat mencapai net zero pada 2050-2060, serta mendorong penerapan strategi dekarbonisasi pada 2030.

"Untuk semua proyek baru kami, dekarbonisasi akan menjadi bagian dari blueprint strategi kami. Bahkan ketika kami membicarakan feasibility, kami juga membicarakan dekarbonisasi pada saat yang sama," ucap Dileep Srivastava.

Saat ini, upaya mendukung transisi energi tetap menjadi perhatian berbagai pihak dan membutuhkan kolaborasi lintas sektoral dalam pelaksanaannya. Mengingat penggunaan energi fosil belum sepenuhnya dapat ditinggalkan, pemanfaatan EBT merupakan langkah nyata yang diambil sejumlah produsen batu bara di Indonesia. Itu diwujudkan pada pemanfaatan EBT dalam proses ekstraksi dan produksi.

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Bidang Tata Kelola Minerba Kementerian ESDM, Irwandy Arif menyatakan, proses transisi energi menuju net zero emission (emisi nol bersih), di mana dominasi energi fosil akan digantikan oleh EBT, masih membutuhkan waktu.

“Meski sudah ada upaya memacu energi terbarukan, namun penggunaan energi fosil termasuk batu bara tidak akan hilang dalam waktu dekat,” tuturnya, dikutip dari tayangan wawancara CNBC Indonesia Minggu (21/1/2024).Irwandy menyatakan, dari target bauran EBT sebesar 23--25 persen pada 2025, saat ini dalam perkembangannya baru tercapai sekitar 13 persen. Terkait pemanfaatan batu bara, ia pun mengimbau adanya implementasi dari green coal technology atau teknologi batu bara bersih.

Industri  batu bara sendiri secara global sejak lama memiliki ketergantungan akan energi fosil dalam tahap ekstraksi dan produksi. Karena penggunaan energi tersebut masih belum dapat sepenuhnya ditinggalkan.

Namun demikian, para produsen batu bara nusantara terus berupaya mengurangi ketergantungan akan energi fosil dalam setiap kegiatan usahanya dan bersiap-siap beralih kepada energi terbarukan.  

Penulis :
Ahmad Munjin