
Pantau - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mewanti-wanti dampak bagi ekonomi Indonesia usai Donald Trump menang pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS).
BI berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dan pasar keuangan serta mendukung perkembangan ekonomi Indonesia.
Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, mengatakan beberapa kemungkinan yang akan terjadi dari kemenangan Trump.
Baca juga: Trump Tunjuk Elon Musk Pimpin Reformasi Pemerintahan AS
Menurutnya kemenangan Trump menjadi Presiden AS memungkinkan penguatan dolar AS akan terus terjadi seiring kembalinya tren penguatan suku bunga acuan bank sentral AS, Fed Fund Rate (FFR) sampai ke perang dagang yang terus berlanjut."Prediksi-prediksi dari pasar dan kami juga melihat kemungkinan-kemungkinan mata uang dolar akan kuat, suku bunga AS akan tetap tinggi dan tentu saja perang dagang juga masih berlanjut," kata Perry.
Disisi lain, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Sunarso membeberkan dampak kemenangan Donald Trump di pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) ke ekonomi Indonesia.
Baca juga: Jared Kushner Ungkap Keluarga Trump Kepincut Investasi di Indonesia
Sunarso mengatakan, kebijakan Trump America First akan cenderung lebih protektif. Hal itu kemungkinan meningkatkan inflasi dan dilanjutkan dengan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed)."Ada yang mengatakan presiden Donald Trump nggak sepolos itu, tapi ini kita ngomong analisa kecenderungannya, kalau dia akan lebih protektif maka kemungkinan akan meningkatkan inflasi di sana dan inflasi itu yang kemungkinan akan direspons oleh The Fed kembali menaikkan suku bunga," kata Sunarso"Pertanyaannya adalah apakah kalau nanti terjadi inflasi gara-gara terlalu protektif akan direspons dengan suku bunga? Nah, itu yang kita masih tanda tanya, mungkin barangkali ada cara yang lain, kita nggak tahu. Sementara kita ikuti logic-nya secara ekonomi seperti ini," tambahnya.
Baca juga: Prabowo Telepon Donald Trump, Sampaikan Selamat dan Harapan Kerja Sama yang Lebih EratJika AS lebih protektif dan dibalas oleh China dengan perang dagang, Sunarso memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tertekan hingga bisa ke bawah 5%."Kalau ternyata China membalas dengan perang dagang, itu akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi kita hanya sekitar 4,7% sampai 5,03%," ucap Sunarso.Dampak yang lebih buruk disebut bisa terjadi jika berbagai negara ramai-ramai membalas proteksionisme yang dilakukan AS. "Itu kira-kira pertumbuhan ekonomi kita hanya dapat 4,6-4,9% saja. Ini analisa kita seperti ini," imbuhnya.
Baca juga: Kekhawatiran Kebijakan Tarif dari Trump Jadi Bumerang bagi RupiahAnalisa itu didapat karena melihat korelasi antara ekonomi Indonesia dengan China, yang dibandingkan antara ekonomi Indonesia dengan AS. Sunarso menyebut, hubungan dagang Indonesia lebih kuat dengan China yakni dengan indeks korelasi 0,351, sementara dengan AS turun jadi 0,347."Artinya setiap kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi di China lebih berpengaruh signifikan kepada kita, daripada perubahan kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi di AS. Makanya kita juga harus hati-hati kalau ternyata AS protektif dan oleh China dibalas juga dengan perang dagang seperti yang lalu, itu dampaknya cukup signifikan kepada kita," tutur Sunarso.
Baca juga: Trump Tawarkan Elise Stefanik jadi Dubes AS untuk PBB
- Penulis :
- Wulandari Pramesti