Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

OJK Bocorkan Alasan Anak Muda Suka Ngutang di Pinjol dan Paylater

Oleh Wulandari Pramesti
SHARE   :

OJK Bocorkan Alasan Anak Muda Suka Ngutang di Pinjol dan Paylater
Foto: OJK Bocorkan Alasan Anak Muda Suka Ngutang di Pinjol dan Paylater (Freepik)

Pantau - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan salah satu faktor yang mendorong generasi muda gemar berutang, yaitu kemudahan akses terhadap produk-produk keuangan. Hal ini, menurut OJK, turut memengaruhi gaya hidup konsumtif di kalangan anak muda.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen (PEPK) Friderica Widyasari Dewi, atau yang akrab disapa Kiki, menjelaskan bahwa fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain. 

Banyak generasi muda yang lebih besar pengeluaran daripada pemasukan, atau istilahnya “over-indebtedness,” akibat kemudahan dalam mengakses pinjaman.

Baca juga: Utang Pinjol Warga RI Tembus Rp74,48 T Per September 2024

“Fenomena ini terjadi di berbagai negara, terutama di kalangan anak muda yang pengeluarannya lebih besar daripada pemasukan. Hal ini disebabkan oleh kemudahan akses ke produk-produk keuangan,” kata Kiki. 

Kiki menjelaskan kemudahan akses ini cenderung membuat generasi muda tidak peduli atau sembrono dalam mengambil keputusan-keputusan keuangan. Apalagi sebagian besar utang tersebut digunakan untuk gaya hidup yang konsumtif.Padahal mengambil utang di produk-produk keuangan, seperti paylater dan pinjaman online (pinjol) tercatat dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Riwayat pengambilan utang yang tercatat di SLIK ini dapat menghambat mencari pekerjaan hingga mengajarkan kredit rumah.

Baca juga: Tegaskan Budi Arie Tak Terlibat Kasus Komdigi, Projo: Pelopor Pemberantasan Judi Online"Ada satu sisi masyarakat yang sangat butuh inklusi, tapi tidak dapat akses. Tapi, ada satu kelompok masyarakat yang terlalu mudah mendapat akses sehingga mereka cenderung careless, sembrono dalam mereka membuat keputusan-keputusan keuangan. Beberapa produk yang yang sangat dimudahkan dalam teknologi seperti paylater. Tapi harus kita hati-hati adalah bagaimana supaya mereka tidak menjadi over-indebtedness," terang Kiki.Untuk itu, dia mendorong pelaku jasa keuangan untuk menggalakkan edukasi kepada konsumennya. OJK mendukung inklusi keuangan, tapi tak lupa bertanggung jawab.

Baca juga: OJK Terbitkan POJK Tentang Pengawasan PT Sarana Multi Infrastuktur"Nah ini tugas dari pelaku Jasa Keuangan untuk memberikan edukasi Jadi kami mendorong inklusi, tapi responsible inclusion inklusi yang bertanggung jawab. Karena apa? Mereka adalah konsumen pelaku jasa keuangan yang kita grooming sehingga mereka akan menjadi konsumer-konsumer yang besar ke depannya yaitu juga akan menyokong pertumbuhan sektor jasa keuangan," imbuhnya.Berdasarkan data OJK, pengguna paylater sebagian besar merupakan generasi Z dengan rentang usia 26-35 tahun. Dengan rincian, 26,5% pengguna paylater dengan rentang usia 18-25 tahun, 43,9% pengguna berusia 26-35 tahun, 21,3% berusia 36-45 tahun. Kemudian, 7,3% pengguna berusia 46-55 tahun, serta hanya 1,1% pengguna paylater berusia di atas 55 tahun.

Baca juga: OJK Terapkan 4 Pilar Strategi Anti Fraud di Internal

Penulis :
Wulandari Pramesti