
Pantau - Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA), Veronica Tan, menekankan perlunya membangun kolaborasi pentaheliks dalam menangani isu kesehatan mental yang semakin krusial di kalangan generasi muda, terutama di era digital pascapandemi.
Kolaborasi dan Langkah Konkret Jadi Kunci
Veronica menyampaikan bahwa isu kesehatan mental tidak hanya menjadi perhatian nasional, tetapi juga telah menjadi sorotan internasional.
"Yang paling penting adalah apakah isu kesehatan mental ini diakui bersama. Artinya saya yakin bukan cuma nasional saja, secara internasional mereka juga melihat kondisi di zaman digital ini apalagi pasca pandemi, kesehatan mental ini menjadi sebuah isu yang penting. Implementasinya balik lagi, kita berkolaborasi untuk mencari solusi," ungkapnya.
Ia menekankan perlunya langkah-langkah konkret yang melibatkan berbagai pihak, seperti:
- Pembentukan satgas di sekolah dan kampus
- Penciptaan ruang ramah anak dan ruang aman
- Edukasi positif untuk mencegah bullying dan mengurangi stigma
- Koordinasi dan kolaborasi multipihak yang lebih baik
Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, komunitas, dunia usaha, dan media perlu diperkuat agar penanganan isu kesehatan mental berjalan efektif dan berkelanjutan.
Komunikasi, Tantangan Digital, dan Peran AI
Veronica juga menggarisbawahi pentingnya komunikasi yang peka dan sesuai usia antara orang tua, pendidik, dan anak-anak di tengah perubahan zaman dan percepatan teknologi.
"Kita harus berkomunikasi dengan anak sesuai usia mereka. Menanyakan apa yang mereka rasakan dan alami sehari-hari di sekolah atau hubungan dengan teman-temannya. Dari topik itu kita bisa menggali dan melihat dari 'sepatu' mereka. Komunikasi sangat penting agar mereka mengutarakan isi hatinya," jelasnya.
Selain itu, ia menyebutkan beberapa tantangan digital yang dihadapi generasi muda, seperti catfishing, grooming, dan risiko penyalahgunaan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Veronica menyebut AI sebagai pedang bermata dua.
"AI ini juga menjadi pedang bermata dua terutama bagi generasi muda yang banyak menggunakan. Apakah kita menggunakan AI untuk melakukan kebaikan dan membuat ilmu yang bertambah demi untuk membangun Indonesia atau kita menjadi hambanya AI? Kita selalu punya pilihan dan kita boleh memilih," tegasnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti







