Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Inflasi AS dan The Fed Tertuduh Jadi Biang Kerok Pasar Kripto Turun

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Inflasi AS dan The Fed Tertuduh Jadi Biang Kerok Pasar Kripto Turun
Foto: Ilustrasi - Aplikasi Reku. (ANTARA/Reku)

Pantau - Koreksi atau penurunan yang dialami pasar kripto ditengarai lantaran meningkatnya kekhawatiran investor terhadap inflasi di Amerika Serikat (AS). Begitu juga dengan potensi bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) untuk tidak melanjutkan kebijakan longgar suku bunga.

Pasar kripto telah mengalami koreksi signifikan dalam beberapa hari terakhir, dengan Bitcoin turun ke level 94 ribu dolar AS per Kamis (9/1/2025).

Indikasi inflasi yang meningkat terlihat pada beberapa data ekonomi yang dirilis tadi malam, di antaranya seperti aktivitas sektor jasa yang melonjak ke level tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir, defisit perdagangan yang melebar sebesar 4,6 miliar dolar AS menjadi 78,2 miliar dolar AS, dan jumlah rekrutmen tenaga kerja yang turun 125 ribu menjadi 5,269 juta.

Analis Reku Fahmi Almuttaqin mengungkapkan hal itu dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (9/1/2025).

Baca juga: Jumlah Investor Aset Kripto Capai 22,11 Juta per November 2024

Fahmi menjelaskan lonjakan aktivitas sektor jasa di AS menjadi salah satu indikator meningkatnya tekanan inflasi.

Data Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa indeks PMI sektor jasa naik dari 52,1 pada November menjadi 54,1 pada Desember, melampaui ekspektasi ekonom sebesar 53,3.

Sementara itu, indeks harga yang dibayarkan untuk sektor jasa melonjak dari 58,2 menjadi 64,4, level tertinggi sejak Februari 2023.

Biaya input untuk bisnis jasa juga melonjak, mengindikasikan kondisi inflasi yang tetap tinggi. Hal ini sejalan dengan pandangan The Fed untuk mengurangi pelonggaran kebijakan di tahun ini.

Baca juga: OJK Pantau Penuh Aset Kripto Mulai 10 Januari 2025

Selain itu, defisit perdagangan AS melebar sebesar 4,6 miliar dolar AS menjadi 78,2 miliar dolar AS.

Di sisi lain, pasar tenaga kerja menunjukkan perlambatan dengan jumlah rekrutmen tenaga kerja yang turun sebesar 125 ribu menjadi 5,269 juta.

Koreksi tajam terjadi di pasar kripto setelah rilis data ekonomi tersebut. Bitcoin, yang sebelumnya sempat menembus level 100 ribu dolar AS, kini kembali turun ke 94 ribu dolar AS. Aset kripto besar lainnya seperti DOGE, AVAX, LINK, DOT, dan UNI juga mengalami penurunan lebih dari 10 persen dalam 24 jam terakhir.

Kondisi serupa terjadi di pasar saham AS. Indeks Nasdaq Composite anjlok sekitar 1,9 persen pada penutupan perdagangan Selasa (7/1/2025), dengan penurunan terbesar di sektor teknologi.

Baca juga: Transaksi Perdagangan Tokocrypto Capai Rp130 Triliun di 2024

Saham Nvidia, misalnya, merosot lebih dari 6 persen meskipun perusahaan tersebut memaparkan rencana besar di bidang kecerdasan artifisial (AI).

Lebih lanjut, Fahmi juga menyebutkan bahwa rilis data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS pada 15 Januari mendatang akan menjadi momen penting untuk menentukan arah kebijakan suku bunga The Fed.

"Jika ternyata inflasi CPI menunjukkan kenaikan yang cukup minim atau bahkan tidak mengalami kenaikan, maka sentimen pasar besar kemungkinan akan kembali bullish. Namun, melihat perkembangan yang ada saat ini, kemungkinan lebih mengarah kepada kenaikan moderat, yang mungkin akan membuat The Fed menahan suku bunga pada pertemuan FOMC bulan ini," jelas Fahmi.

Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS pada 20 Januari juga dinilai memiliki potensi menjadi katalis positif bagi pasar kripto.

Baca juga: Transisi Pengaturan Aset Kripto dari Bappebti, Begini Kesiapan OJK

Ia menilai kebijakan atau inisiatif baru yang lebih suportif dari pemerintahan Trump dapat membantu mendorong reli pasar kripto.

Menimbang beragam faktor tersebut, Fahmi mengimbau investor untuk lebih berhati-hati dan disiplin dalam mengambil keputusan di tengah dinamika pasar yang menantang ini.

Ia merekomendasikan investasi pada aset kripto berkapitalisasi pasar besar melalui fitur Packs di Reku.

"Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai aset crypto blue chip dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi. Selain itu, investor juga dapat mengoptimalkan investasi Saham AS melalui fitur Insights yang merangkum informasi dengan berbagai metodologi dan teknik analisis yang mudah dipahami dalam satu score untuk memudahkan investor dalam mengambil keputusan," tuturnya.

Baca juga: Bagaimana Peluang Investasi Aset Kripto di 2025?

Di fitur Insights, investor dapat dengan mudah mengetahui pemberitaan di media mas dan perbincangan di media sosial, serta memberikan notifikasi kepada investor ketika sua perusahaan Saham AS tiba-tiba viral di Buzz Score.

Kemudian, investor juga bisa memantau status harga saham AS yang sedang diskon di Valuation Score yang serta mengidentifikasi perusahaan dengan fundamental yang kuat dan performa positif di Quali Score.

Penulis :
Ahmad Munjin