
Pantau - Keputusan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dalam menunjuk dewan penasihat yang berisi tokoh-tokoh ternama menuai respons positif dari kalangan ekonom. Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, menilai bahwa individu yang terpilih memiliki rekam jejak panjang serta keahlian di bidangnya.
Beberapa tokoh yang masuk dalam jajaran dewan penasihat Danantara antara lain Ray Dalio, Helman Sitohang, Jeffrey Sachs, Chapman Taylor, dan Thaksin Shinawatra. Menurut Rully, penunjukan ini merupakan langkah yang tepat untuk membawa pengelolaan investasi nasional ke arah yang lebih profesional dan global.
“Saya setuju dengan komposisi dewan penasihat yang dipilih. Mereka memiliki pengalaman luas di tingkat global maupun nasional dan bisa memberikan pandangan strategis bagi Danantara,” ujar Rully saat dihubungi di Jakarta, Selasa (25/3/2025).
Baca Juga:
Pengurus Danantara Didorong Segera Tunjukkan Kinerja untuk Tarik Investor
Sorotan Media Internasional
Keberadaan para penasihat berkelas dunia ini juga menarik perhatian media internasional. Asia Times dalam artikelnya berjudul “Panicked Investors Should Give Indonesia a Second Look” menyatakan bahwa langkah ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam memperkuat profesionalisme dan transparansi dalam pengelolaan investasi negara.
Artikel yang ditulis oleh Nigel Green ini menyoroti keberadaan Ray Dalio dan Jeffrey Sachs di dalam dewan penasihat sebagai sinyal kuat bagi dunia investasi global.
“Investor global seharusnya melihat perkembangan ini sebagai sinyal positif, bukan ancaman. Ray Dalio adalah salah satu investor paling disegani di era modern, sementara Jeffrey Sachs telah memberikan nasihat kepada berbagai pemerintahan tentang kebijakan ekonomi berkelanjutan. Keberadaan mereka menegaskan bahwa Indonesia ingin menjadi pemain serius dalam investasi global,” tulis Green dalam artikelnya.
Lebih lanjut, artikel tersebut menekankan bahwa langkah ini menandai ambisi Indonesia untuk meningkatkan standar tata kelola keuangan negara dan menghindari jebakan sistem pemerintahan otoriter atau kebijakan fiskal yang tidak terkendali.
“Indonesia tengah memasuki era baru kapitalisme negara yang lebih strategis, di mana kepentingan publik dan pengelolaan profesional bisa berjalan beriringan,” lanjutnya.
Membangun Standar Baru Investasi Negara
Nigel Green juga menyoroti bahwa investor sering kali menginginkan perubahan, tetapi mereka kerap salah menilai ketika perubahan tersebut terlihat tidak konvensional.
“Pengalihan dividen BUMN melalui struktur baru mungkin tampak tidak biasa, tetapi sistem lama tidak bisa dipertahankan. Dengan pendekatan yang tepat, Indonesia bisa menjadi model bagi negara lain dalam mengelola kekayaan negara secara lebih efektif,” ujarnya.
Menurut Green, banyak negara di Asia memiliki dana kekayaan negara yang besar, tetapi sering kali dikelola dengan kurang optimal atau dipolitisasi. Oleh karena itu, langkah Indonesia dalam memperkenalkan penasihat eksternal bisa menjadi contoh yang patut diikuti oleh negara lain.
Dengan tata kelola yang baik dan kolaborasi internasional, BPI Danantara diharapkan dapat menjadi model baru bagi dana kekayaan negara yang tidak hanya berinvestasi pada aset, tetapi juga membangun masa depan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah