Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

CORE Indonesia Ungkap Adanya Anomali Konsumsi Rumah Tangga Jelang Lebaran 2025

Oleh Aditya Andreas
SHARE   :

CORE Indonesia Ungkap Adanya Anomali Konsumsi Rumah Tangga Jelang Lebaran 2025
Foto: Ilustrasi belanja konsumsi rumah tangga. (foto: iStock)

Pantau - CORE Indonesia mengungkapkan adanya anomali dalam konsumsi rumah tangga menjelang Lebaran 2025. 

Laporan bertajuk ‘Awas Anomali Konsumsi Jelang Lebaran 2025’ yang dirilis pada 26 Maret 2025 itu menyoroti lemahnya daya beli masyarakat di tengah periode Ramadan dan Idulfitri. 

"Ramadhan dan hari raya 2025 agaknya tidak banyak membawa berkah bagi konsumsi rumah tangga. Sebaliknya, muncul sinyal kuat adanya anomali pada daya beli masyarakat Indonesia," tulis CORE.

Salah satu indikatornya adalah deflasi sejak awal tahun. BPS mencatat deflasi Februari 2025 sebesar -0,09% (tahunan) dan -0,48% (bulanan), berbeda dari tren sebelumnya di mana harga makanan dan minuman biasanya naik menjelang Ramadan. 

Baca Juga: Dampak Ekonomi Mudik: Perputaran Uang dan Peningkatan Konsumsi

"Padahal, menjelang bulan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, kelompok makanan, minuman, dan tembakau selalu menyumbang inflasi," kata CORE.

Selain itu, Indeks Penjualan Riil (IPR) Bank Indonesia pada Februari 2025 turun 0,5% (yoy), terutama karena penurunan penjualan makanan, minuman, dan tembakau sebesar -1,7%. CORE mencatat tren perlambatan sejak 2017 yang kini mencapai puncaknya di 2025.

Sektor ritel juga terdampak. Pertumbuhan penjualan Indomaret hanya 4% pada 2024, turun drastis dari 44,7% pada 2022-2023. Alfamart juga mengalami perlambatan, sementara Matahari bahkan mencatat pertumbuhan negatif -2,6%.

Impor barang konsumsi anjlok 21,05% dibanding Februari 2024, menunjukkan turunnya permintaan dalam negeri. 

Baca Juga: Lonjakan Kendaraan di Tol Cipali, Peningkatan 28 Persen Dibanding Hari Sebelumnya

"Impor menjelang Ramadan biasanya meningkat, tetapi tahun ini justru sebaliknya," ungkap CORE.

Jumlah pemudik juga turun 24% dari 2024, yang menurut CORE mencerminkan penurunan pendapatan masyarakat menengah ke bawah.

CORE menyebut maraknya PHK dan sulitnya mendapatkan pekerjaan formal sebagai penyebab utama. Jika tren ini berlanjut, lemahnya konsumsi rumah tangga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan ketegangan sosial. 

"Rendahnya pendapatan juga dapat memicu konflik horizontal di tengah tekanan ekonomi," tutup CORE.

Penulis :
Aditya Andreas