billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Mengapa Rusia dan Belarusia Tidak Masuk Daftar Tarif Baru Trump Sementara Ukraina Masuk?

Oleh Pantau Community
SHARE   :

Mengapa Rusia dan Belarusia Tidak Masuk Daftar Tarif Baru Trump Sementara Ukraina Masuk?

Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru terhadap impor dari 185 negara pada Kamis (3/4), namun Rusia dan Belarusia tidak termasuk dalam daftar negara yang dikenai tarif, berbeda dengan Ukraina yang dikenakan tarif sebesar 10 persen.

Keputusan ini menimbulkan pertanyaan, mengingat hubungan dagang AS dengan Rusia dan Belarus menurun drastis akibat sanksi terkait perang di Ukraina.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menjelaskan bahwa tidak ada perdagangan signifikan antara AS dan Rusia karena sanksi keras yang diberlakukan setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, juga menekankan bahwa sanksi tersebut telah menjauhkan AS dari perdagangan penting dengan Rusia.

Menurut Biro Sensus AS, nilai perdagangan AS-Rusia turun dari US$36 miliar pada 2021 menjadi hanya sekitar US$3,5 miliar pada 2024.

Strategi, Simbolisme, dan Politik di Balik Pengecualian

Meski volumenya kecil, impor dari Rusia tetap dianggap strategis karena mencakup barang seperti pupuk dan bahan kimia anorganik.

Namun, penurunan volume perdagangan dan sanksi tampaknya bukan alasan utama pengecualian Rusia dan Belarusia dari tarif baru ini.

Sebagai perbandingan, Kazakhstan yang memiliki nilai perdagangan hampir setara dengan Rusia, justru dikenakan tarif 27 persen.

Bahkan Ukraina, yang nilai perdagangannya lebih kecil, tetap terkena tarif 10 persen.

Negara-negara lain yang juga terkena sanksi seperti Venezuela masuk dalam daftar tarif, sementara Rusia, Korea Utara, Kuba, dan Belarus tidak.

Ilmuwan politik Alexandra Filippenko menyebut pengecualian Rusia sebagai “kelonggaran simbolis”.

Ia juga menilai langkah ini sebagai sinyal politik untuk memperbaiki hubungan dengan Rusia.

Data PBB menunjukkan bahwa nilai impor AS dari Belarus pada 2024 hanya US$21 juta, namun negara ini tetap luput dari tarif.

Profesor hubungan internasional Nina Khrushcheva menilai pendekatan ini sebagai strategi diplomasi, dan menyebut bahwa tarif dapat diberlakukan di masa depan bila dibutuhkan.

Oleg Buklemishev dari Universitas Negeri Moskow menilai keputusan Trump tidak berdasarkan logika ekonomi, melainkan politis.

Ia menilai barang-barang strategis seperti bahan bakar nuklir, pupuk, dan logam platinum dari Rusia tetap dibutuhkan AS.

Jika tarif tinggi dikenakan atas barang-barang tersebut, biaya energi dan produksi di AS bisa meningkat drastis, sesuatu yang ingin dihindari Trump.

Buklemishev juga menambahkan bahwa saat ini hubungan dagang Rusia-AS tidak bisa disejajarkan dengan Eropa atau Cina, karena adanya pembatasan finansial dan logistik serta dominasi Cina di pasar Rusia.

Penulis :
Pantau Community