
Pantau - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai keputusan Pemerintah Indonesia meresmikan bullion bank pada 26 Februari 2025 sebagai langkah yang sangat tepat di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Penilaian ini disampaikan Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Jakarta, Selasa, 8 April 2025.
Menurut Airlangga, saat ini para investor global tengah mencari instrumen investasi yang aman atau disebut safe haven, dan emas menjadi salah satu pilihan utama di tengah ancaman resesi.
"Jadi Pak Presiden meluncurkan bullion bank tepat waktu, karena ini (emas) menjadi komoditas yang recession proof," ujar Airlangga.
Emas dan Dolar AS Jadi Pilihan Aman, Harga Komoditas Global Turun
Airlangga menjelaskan bahwa dalam situasi ekonomi global yang tidak menentu, hanya ada dua instrumen yang dianggap aman oleh para investor, yaitu dolar Amerika Serikat dan emas.
"Safe haven itu ada dua. Dolar AS dan emas, dan kita punya emas," kata Airlangga.
Ia juga menyoroti penurunan harga sejumlah komoditas global setelah pengumuman kebijakan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat.
Penurunan ini menurutnya terjadi akibat kekhawatiran terhadap turunnya permintaan global dan gangguan rantai pasok internasional.
Harga minyak mentah WTI turun -1,77 persen secara harian menjadi 60,89 dolar AS, sedangkan minyak mentah Brent turun -1,82 persen menjadi 64,38 dolar AS.
Gas alam juga mengalami penurunan harga sebesar -1,97 persen menjadi 3,76 dolar AS.
Selain itu, Airlangga mencatat bahwa harga kedelai, gandum, CPO (minyak kelapa sawit mentah), dan beras ikut mengalami penurunan.
"Jadi kita punya daya tahan yang kuat, kemudian (harga) kedelai turun, gandum turun, CPO turun, dan harga beras turun. Jadi seluruh komoditas turun, artinya demand ini akan menahan," ujarnya.
Meski demikian, Airlangga mengingatkan bahwa risiko resesi global masih membayangi dan perlu menjadi perhatian.
- Penulis :
- Pantau Community