
Pantau - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan komitmennya untuk membela kepentingan rakyat kecil sebagai bentuk menjaga kedaulatan pangan nasional.
Pernyataan itu ia sampaikan usai menghadiri Rapat Terbatas Evaluasi Luas Tambah Tanam (LTT), Optimasi Lahan (Oplah), Program Cetak Sawah Rakyat (CSR), dan Padi Gogo di Jakarta, Rabu, 9 April 2025.
"Kita harus bela rakyat agar Merah Putih tegak di sektor pangan," ujar Amran saat menjawab pertanyaan media.
Pernyataan ini menanggapi isu penghapusan kuota impor yang sebelumnya diminta oleh Presiden Prabowo Subianto.
Meski tidak menjelaskan secara rinci soal kebijakan impor, Amran menekankan bahwa pihaknya berkomitmen penuh untuk melakukan yang terbaik demi kepentingan nasional.
Fokus Berantas Mafia dan Tingkatkan Produksi
Amran juga menyatakan dukungannya terhadap upaya pemberantasan korupsi dan mafia pangan yang selama ini merugikan rakyat kecil.
"Pokoknya kita lakukan terbaik untuk Indonesia. Itu prinsip itu. Terbaik untuk Republik ini. Perintah Presiden, berantas korupsi, berantas mafia. Jangan ada kolusi-kolusi. Itu kan poin pentingnya," tegasnya.
Ia mengungkapkan bahwa lebih dari 20 mafia pangan di sektor pupuk dan minyak goreng sudah ditindak secara hukum.
"Kemudian kita bekerja untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Nah, tahu? Mafia yang sudah tersangka, pupuk dengan minyak goreng itu sudah lebih 20. Sudah, kita kerja untuk rakyat titik, kami pelayan rakyat," jelasnya.
Amran menegaskan bahwa seluruh kebijakan kementerian yang dipimpinnya berpihak pada rakyat kecil, sesuai arahan Presiden.
"Sudah kita bekerja yang terbaik untuk rakyat. Tentu kita berpihak pada rakyat kecil. Presiden meminta berpihak pada rakyat kecil. Titik. Sudah, selesai semua tanpa membedakan suku, agama, dari mana pun," ujarnya.
Ia juga menyoroti capaian positif dari Perum Bulog yang disebut berhasil meningkatkan serapan gabah hingga 2.000 persen.
"Puas nggak serapan Bulog naik 2.000 persen? Sudah tulis belum? Sudah, itu saja acuannya. Berarti sudah, tanya lah yang lain-lain. 2.000 persen, bukan 200 persen. 2.000 persen naiknya, dan itu kata Bulog," ungkap Amran.
Selain itu, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi pangan tahun ini adalah yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
"Tertinggi produksi selama tujuh tahun. Itu kata BPS. Sudah tulis juga kan? Sudah. Mau produksi atau mau omon-omon?" tutupnya.
- Penulis :
- Pantau Community