
Pantau - Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali meningkat tajam setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif balasan sebesar 104% terhadap produk impor asal China.
Langkah ini menjadikan China sebagai satu-satunya negara yang dikenai tarif tertinggi oleh AS, sementara negara-negara lain hanya dikenakan tarif antara 11% hingga 50%.
Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), Amerika Serikat dan China menyumbang sekitar 43% dari ekonomi global pada tahun 2025, sehingga ketegangan antara keduanya dapat berdampak sangat besar secara internasional.
Pertumbuhan Global Terancam, Perusahaan Negara Ketiga Bisa Terdampak
IMF memperingatkan bahwa perang dagang ini bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi kedua negara, bahkan menyeret AS dan China ke jurang resesi.
Jika dua ekonomi terbesar dunia melambat, pertumbuhan ekonomi global pun dipastikan akan ikut tertekan.
Tak hanya itu, investasi global juga diperkirakan mengalami tekanan, karena ketidakpastian dan risiko meningkat di tengah kebijakan proteksionis AS.
Salah satu dampak serius lainnya adalah peralihan perdagangan (trade diversion).
China yang merupakan negara manufaktur terbesar di dunia saat ini mengalami surplus perdagangan hampir US$ 1 triliun.
Jika barang-barangnya tidak bisa masuk pasar AS, maka perusahaan-perusahaan China kemungkinan besar akan mengalihkan ekspor ke negara-negara lain.
Dampaknya, produsen lokal di negara tujuan baru bisa tersingkir oleh lonjakan produk China dan menghadapi ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK).
Reaksi Global dan Sikap Trump
Sejumlah negara sudah mulai merasakan dampak lanjutan dari perang dagang ini.
UK Steel misalnya, memperingatkan potensi masuknya kelebihan pasokan baja dari China ke pasar Inggris yang dapat merugikan industri baja lokal.
Trump menyatakan bahwa tarif tinggi terhadap China dan negara-negara lain adalah upaya untuk "memulihkan kondisi industri AS", setelah menurutnya Amerika telah "ditipu selama lebih dari 50 tahun".
Sementara itu, pemerintah China tetap bersikukuh dan menyatakan akan berjuang sampai akhir, serta siap untuk membalas setiap tindakan yang dianggap sebagai bentuk agresi ekonomi.
- Penulis :
- Pantau Community