billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Celios: Perang Dagang AS-China Bisa Picu PHK Massal, Indonesia Harus Perkuat ASEAN dan Proteksi Pasar

Oleh Pantau Community
SHARE   :

Celios: Perang Dagang AS-China Bisa Picu PHK Massal, Indonesia Harus Perkuat ASEAN dan Proteksi Pasar
Foto: Bhima Yudhistira dorong perlindungan pasar domestik dan penguatan kerja sama ASEAN di tengah ancaman resesi global.

Pantau - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengusulkan penguatan kerja sama ASEAN serta perlindungan pasar domestik sebagai langkah strategis dalam menghadapi dampak perang dagang global.

Ia mendorong pemerintah untuk mulai mengalihkan fokus ekspor Indonesia ke pasar-pasar alternatif, seperti Timur Tengah, guna mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat dan China.

Penguatan kerja sama di kawasan ASEAN dinilai penting untuk menjaga stabilitas ekonomi regional.

Selain itu, Bhima menekankan perlunya memperkuat daya beli masyarakat dan menciptakan kebijakan perlindungan pasar untuk mengantisipasi banjirnya produk impor yang bisa merugikan pelaku usaha domestik.

Dampak Perang Dagang dan Risiko Resesi Global

Bhima menyebut bahwa eskalasi perang dagang antara AS dan China dapat memicu resesi ekonomi global.

Volume perdagangan dunia diperkirakan menurun tajam tahun ini, dan negara-negara yang memasok bahan baku ke dua raksasa ekonomi itu akan terkena dampak langsung.

Data tahun 2024 menunjukkan bahwa porsi ekspor Indonesia ke AS dan China secara kumulatif mencapai 34 persen.

Dengan kata lain, lebih dari sepertiga neraca dagang Indonesia bergantung pada dua negara yang kini tengah terlibat perang dagang.

Penurunan kapasitas produksi di China dan AS, yang merupakan bagian dari rantai pasok global, turut berdampak pada pengurangan permintaan barang dari Indonesia.

Bhima mengingatkan bahwa kondisi ini bisa menyebabkan produk China dialihkan ke Indonesia dan membanjiri pasar dalam negeri, sehingga menekan pelaku usaha lokal.

"Risiko terberat dari situasi ini adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, terutama di sektor padat karya", tegas Bhima.

Diplomasi Perdagangan Jadi Andalan Indonesia

Pada Rabu, 9 April 2025 waktu AS, Presiden Donald Trump mengumumkan penundaan tarif resiprokal selama 90 hari terhadap berbagai negara mitra dagang.

Namun, produk dari China tetap dikenakan bea masuk tinggi sebesar 125 persen, sementara negara lain hanya terkena tarif dasar sebesar 10 persen untuk baja, aluminium, dan mobil.

Trump menyatakan lebih dari 75 negara telah menyatakan kesiapan untuk bernegosiasi, meskipun AS masih membuka opsi menaikkan tarif di sektor farmasi.

Menanggapi kondisi ini, Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan paket negosiasi untuk dibawa ke Washington D.C.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut bahwa Indonesia memilih jalur diplomasi sebagai solusi yang saling menguntungkan dan tidak mengambil langkah retaliasi.

Sebagai bagian dari upaya regional, Indonesia juga menjadwalkan pertemuan dengan pimpinan negara-negara ASEAN pada 10 April 2025 untuk menyamakan sikap menghadapi kebijakan tarif AS.

Penulis :
Pantau Community