Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

IHSG Melemah 48 Poin di Tengah Ketegangan Timur Tengah dan Rilis Data Ekonomi China

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

IHSG Melemah 48 Poin di Tengah Ketegangan Timur Tengah dan Rilis Data Ekonomi China
Foto: Ilustrasi - Data IHSG (sumber: IDX)

Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah pada perdagangan Senin (16/6), seiring meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan reaksi pasar terhadap rilis data ekonomi dari China.

IHSG turun sebesar 48,48 poin atau 0,68 persen ke posisi 7.117,59.

Sementara itu, indeks LQ45 yang mencerminkan 45 saham unggulan juga mencatat penurunan sebesar 6,82 poin atau 0,85 persen ke level 794,99.

Ketegangan Timur Tengah dan Dampaknya ke Pasar

Pelemahan IHSG terjadi karena pelaku pasar mencermati konflik yang terus memanas antara Israel dan Iran.

Selama tiga hari berturut-turut hingga Minggu, 15 Juni, kedua negara saling melancarkan serangan militer.

"Pasar mencermati rilis data ekonomi China, dan juga memantau meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah," ungkap Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus di Jakarta, Senin.

Israel dan Iran telah saling berjanji untuk membalas serangan masing-masing, dengan beberapa serangan menargetkan infrastruktur energi strategis.

Ketegangan ini turut memicu lonjakan harga minyak global.

Iran juga mengancam akan menutup Selat Hormuz, yang merupakan jalur vital pengiriman minyak dunia.

Ketidakpastian akibat eskalasi konflik ini meningkatkan kekhawatiran di pasar global, termasuk pasar Indonesia.

Data Ekonomi China Tak Sepenuhnya Positif

Selain isu geopolitik, pelaku pasar juga menganalisis perkembangan ekonomi dari China.

China melaporkan pertumbuhan penjualan ritel yang melampaui proyeksi pasar pada Mei 2025.

Pertumbuhan tersebut merupakan yang tercepat dalam 15 bulan terakhir, menandakan adanya potensi peningkatan permintaan konsumen.

Namun, sisi lain dari laporan menunjukkan bahwa produksi industri tumbuh paling lambat dalam enam bulan terakhir.

Pertumbuhan produksi ini tidak memenuhi ekspektasi, sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap kestabilan pemulihan ekonomi China secara menyeluruh.

Penulis :
Arian Mesa
Editor :
Gerry Eka