
Pantau - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat hilirisasi industri minyak atsiri dalam negeri, menyusul pertumbuhan pasar global yang terus meningkat setiap tahunnya.
Inspektur Jenderal Kemenperin, Mohammad Rum, menyampaikan hal tersebut dalam acara Aromatika Indofest 2025 yang digelar di Jakarta, Rabu.
Pada tahun 2024, nilai pasar global minyak atsiri tercatat tumbuh sebesar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini didorong oleh tren global seperti green beauty, clean label, serta meningkatnya permintaan terhadap produk yang tersertifikasi organik dan memiliki daya telusur (traceable).
Tren tersebut memperkuat posisi strategis Indonesia dalam rantai pasok minyak atsiri dunia.
Indonesia Tempati Posisi ke-8 Eksportir Minyak Atsiri Global
Saat ini Indonesia berada di peringkat ke-8 sebagai negara eksportir minyak atsiri global, dengan kontribusi sebesar 4,12 persen terhadap pasar dunia.
Namun, sebagian besar produk ekspor Indonesia masih berupa bahan baku mentah.
"Oleh karena itu, penguatan hilirisasi menjadi urgensi strategis agar nilai tambah dari sektor ini dapat dinikmati di dalam negeri dan memperkuat struktur industri nasional yang berdaya saing", tegas Mohammad Rum.
Komoditas unggulan Indonesia dalam industri minyak atsiri meliputi nilam dan cengkeh, yang menjadi tulang punggung industri parfum dan wellness dunia.
Peluang ini menurut Kemenperin harus dimaksimalkan melalui peningkatan nilai tambah dan daya saing di dalam negeri.
Pada tahun lalu, nilai ekspor minyak atsiri Indonesia mencapai 259,54 juta dolar AS atau sekitar Rp4,2 triliun (dengan kurs Rp16.253).
Minyak nilam menjadi penyumbang terbesar, dengan nilai 141,32 juta dolar AS atau Rp2,2 triliun, mencakup 54 persen dari total ekspor.
Komoditas atsiri lain yang turut menopang ekspor adalah minyak pala, cengkeh, cendana, dan serai wangi.
Industri Atsiri Serap 200 Ribu Tenaga Kerja, Mayoritas dari UMKM
Hingga saat ini, terdapat lebih dari 3.000 unit penyulingan minyak atsiri yang tersebar di berbagai sentra produksi nasional.
Wilayah sentra produksi mencakup Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua.
Total kapasitas produksi nasional mencapai 26.398 ton per tahun.
Industri minyak atsiri ini juga menyerap lebih dari 200 ribu tenaga kerja, mayoritas berasal dari pelaku UMKM dan petani kecil.
"Hal ini mencerminkan bahwa industri atsiri tidak hanya berorientasi ekspor, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang kuat melalui pemberdayaan masyarakat di daerah", ujar Rum.
Penguatan hilirisasi diharapkan dapat memperkuat ketahanan ekonomi daerah, meningkatkan kesejahteraan petani, serta menciptakan ekosistem industri yang berkelanjutan di dalam negeri.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Ahmad Yusuf








