
Pantau - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tengah melakukan penyelidikan atas kasus keracunan makanan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), serta menyiapkan langkah mitigasi untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menyampaikan bahwa penyelidikan dilakukan oleh laboratorium BPOM di Kupang yang kini tengah bekerja mengidentifikasi penyebab keracunan.
“Sebanyak 10 sekolah itulah yang kita selidiki, dan sekarang laboratorium kami lagi bekerja untuk memastikan apa penyebabnya, dan nanti kalau ada hasilnya kami akan sampaikan,” ujarnya.
140 Siswa Dirawat, Pemerintah Fokus pada Penanganan Medis
Kasus keracunan terjadi di wilayah yang berada dalam cakupan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), yang melayani 10 sekolah.
Sekitar 140 siswa SMPN 8 Kupang mengalami gangguan kesehatan yang diduga kuat akibat konsumsi makanan dalam program MBG.
Para siswa yang terdampak kini dirawat di tiga rumah sakit, yaitu RSUD SK Lerik, RSU Mamami, dan RS Silo.
Wali Kota Kupang, Christian Widodo, menegaskan bahwa keselamatan siswa menjadi prioritas utama pemerintah kota.
“Yang paling utama sekarang adalah keselamatan anak-anak kita. Jangan dulu sibuk mencari siapa salah, siapa benar, sementara anak-anak sedang butuh pertolongan medis. Mereka butuh infus, butuh stabilisasi. Itu yang paling penting saat ini,” tegasnya.
Mitigasi dan Evaluasi Program MBG
Kepala BPOM menekankan bahwa Program MBG adalah kebijakan penting yang harus dikawal secara serius dan menyeluruh.
Taruna menyebut bahwa peristiwa seperti ini tergolong sebagai kejadian luar biasa (KLB) yang harus diselidiki secara tuntas untuk mengetahui faktor penyebabnya.
“Saya kira ada beberapa faktor yang kita bisa lihat. Tapi kita akan umumkan kemudian, bukan saatnya sekarang,” katanya.
BPOM berkomitmen untuk memastikan keamanan pangan dalam pelaksanaan program MBG agar kejadian serupa tidak terulang di wilayah lain.
- Penulis :
- Aditya Yohan