
Pantau - Pemerintah Indonesia berencana mengimpor produk pertanian dari Amerika Serikat senilai 4,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp73,44 triliun dengan fokus pada dua komoditas utama, yaitu gandum dan kedelai.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa rencana impor tersebut tetap mempertimbangkan perlindungan terhadap petani lokal.
"Itu fokus pada gandum, kemudian kedelai. Itu dua komoditas," ujar Mentan setelah menghadiri Rapat Tindak Lanjut Arahan Presiden Terkait Manipulasi Harga Beras dan Beras Oplosan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan (Kemenko Pangan), Jakarta, Jumat.
Komoditas Lain Menyusul Setelah Evaluasi
Mentan menyebutkan bahwa selain gandum dan kedelai, kemungkinan impor komoditas lain seperti susu dan sapi dari AS tetap terbuka, namun masih menunggu hasil evaluasi kebutuhan nasional secara menyeluruh.
"Susu juga bisa, (tapi) kita lihat saja nanti. Tetapi (fokus pada) kedelai dengan gandum. Petani kita harus bela. Jadi begini, kita impor kalau dalam negeri nggak cukup", kata Mentan.
Ia menambahkan bahwa pelaksanaan impor nantinya akan didasarkan pada rekomendasi dari Kementerian Pertanian.
Menurutnya, pemerintah akan terus menyeimbangkan antara keterbukaan pasar global dengan upaya meningkatkan produksi dalam negeri guna melindungi petani lokal.
Dampak Kesepakatan Dagang Indonesia-AS
Peluang impor ini muncul seiring rampungnya perundingan tarif dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump pada 16 Juli 2025 mengumumkan bahwa perundingan tersebut telah selesai dilakukan dalam 17 menit melalui sambungan telepon dengan Presiden Prabowo.
Kesepakatan ini mencakup komitmen Indonesia untuk membeli produk pertanian dari AS senilai 4,5 miliar dolar AS, 15 miliar dolar AS produk energi, serta 50 pesawat Boeing, sebagian besar seri 777.
Trump juga menyatakan bahwa tarif atas barang ekspor Indonesia ke AS ditetapkan sebesar 19 persen.
Namun, bila Indonesia mengekspor barang yang asalnya dari negara dengan tarif lebih tinggi ke AS, maka Amerika Serikat akan menerapkan sisa tarif negara asal tersebut kepada Indonesia.
Langkah ini dinilai sebagai bagian dari pembukaan pasar Indonesia untuk produk-produk AS di tengah ketegangan dagang global yang masih berlangsung.
- Penulis :
- Shila Glorya







