
Pantau - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie, mengajak para pengusaha nasional untuk menjadi pejuang ekonomi yang memiliki nasionalisme, patriotisme, dan wawasan kebangsaan guna memperkuat ketahanan ekonomi dan nasional.
Retret Kadin Gandeng Lemhannas dan TNI
Sebagai langkah konkret, Kadin Indonesia menyelenggarakan Retret Kadin 2025 yang bekerja sama dengan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Acara ini digelar pada 8–10 Agustus 2025 di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah.
"Ketahanan ekonomi ini mempunyai peran penting untuk ketahanan nasional, sehingga diperlukan kita untuk membangun nasionalisme, patriotisme, dan wawasan kebangsaan," kata Anindya.
Sebanyak 200 pengusaha yang tergabung dalam Kadin Indonesia turut serta dalam retret ini.
Beberapa nama besar yang hadir antara lain Chairul Tanjung (CT Corp), James Riady (Lippo Group), Hashim Djojohadikusumo (Arsari Group), dan Franky Widjaja (Sinar Mas Group).
Peserta diberangkatkan menggunakan dua pesawat Hercules dan dijadwalkan dilepas langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dari Bandara Halim Perdanakusuma pukul 14.00 WIB.
Selain Lemhannas, kegiatan retret juga diisi dengan sesi penyampaian materi dan diskusi bersama jajaran menteri kabinet.
Para menteri yang dijadwalkan hadir meliputi:
- Menko Pangan Zulkifli Hasan
- Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono
- Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin
- Menteri Perdagangan Budi Santoso
- Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM sekaligus CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani
Perkuat Pemahaman Kebijakan dan Resiliensi Ekonomi
Anindya menyebut kehadiran para menteri menjadi momentum penting untuk membangun komunikasi dua arah antara pengusaha dan pemerintah.
"Pemerintah dan Kadin adalah mitra yang sejajar. Jadi, kalau kita paham benar apa yang pemerintah inginkan, tentu kita untuk mendukungnya bisa lebih baik," ujar Anindya.
Ia juga menekankan pentingnya resiliensi dunia usaha dalam menghadapi tantangan global, baik dari sisi geopolitik maupun geoekonomi.
"Kita lihat bahwa perekonomian kini memang sulit, maka kita butuh resiliensi supaya kita bisa menghadapi semua tantangan ini, bahkan menggapai peluang-peluang yang ada di depan kita," tutupnya.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf