
Pantau - Inovasi pangan lokal kembali muncul dari Desa Karang Intan, Kecamatan Kuranji, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Supono, warga desa tersebut, mengolah singkong menjadi beras analog bernama Oyek yang kini menjadi alternatif sumber karbohidrat di tengah tingginya harga beras.
Produk Oyek dikembangkan pertama kali oleh Supono secara mandiri saat pandemi COVID-19 pada tahun 2020, ketika akses ekonomi dan distribusi hasil kebun terhambat.
Dengan berbekal pengalaman dan insting pengolahan tradisional, Supono memperkenalkan Oyek kepada warga desa untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras, yang kerap mengalami lonjakan harga hingga Rp25.000 per liter di Kalimantan Selatan.
Proses Tradisional dan Dukungan Teknologi Ramah Lingkungan
Proses pembuatan Oyek dimulai dari pengupasan dan perendaman singkong selama tiga hari tiga malam, kemudian ditumbuk menggunakan lesung tradisional.
Setelah diperas, disaring, dibentuk menyerupai butiran beras, dan dijemur selama dua jam, butiran kemudian dikukus selama 30 menit.
Butiran yang telah dikukus lalu diurai, disaring ulang, dan dijemur kembali selama delapan jam sebelum ditampi dan dikemas.
Sebelum dikonsumsi, Oyek cukup dikukus selama 10–15 menit.
Inovasi Supono akhirnya mendapat perhatian dan dukungan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kalimantan Selatan serta Bank Indonesia Kalimantan Selatan.
Bantuan yang diberikan berupa alat penggiling hemat listrik, mesin cetak tanpa listrik, serta rumah produksi Oyek untuk pengembangan dan pemasaran.
Pada tahun 2023, produk ini resmi terdaftar hak ciptanya dan telah berlabel halal.
Dari 3 kilogram singkong seharga sekitar Rp9.000, Supono dapat menghasilkan 1 kilogram Oyek dengan nilai jual Rp20.000, memberikan keuntungan hingga 100 persen — bahkan lebih jika bahan baku berasal dari kebun sendiri.
Solusi Pangan Bergizi dan Tahan Lama
Dari sisi gizi, Oyek mengandung karbohidrat kompleks seperti oligosakarida dan polisakarida yang membuat energi lebih tahan lama, mencegah rasa cepat lapar, dan menekan risiko obesitas.
Produk ini juga bisa disimpan hingga 3 tahun dalam plastik tertutup rapat, serta tahan hingga 3 hari setelah dimasak tanpa basi atau berjamur.
Secara ekonomi, Oyek membantu menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap beras, komoditas yang terus menjadi penyumbang inflasi di Kalimantan Selatan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Selatan mencatat, inflasi tahunan (y-o-y) per Juli 2025 mencapai 2,48 persen, dengan beras dan nasi sebagai penyumbang utama.
Strategi Pemerintah Daerah dalam Diversifikasi Pangan
Pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kalsel terus mendorong diversifikasi pangan sebagai strategi pengendalian inflasi.
Upaya ini melibatkan pembinaan kelompok tani dan Kader PKK di desa-desa.
Pada tahun 2025, pemerintah memfasilitasi dana sebesar Rp120 juta untuk mendukung program pangan lokal di empat desa di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Tapin.
Program ini bertujuan mengolah komoditas seperti umbi, pisang, dan hortikultura lain menjadi produk inovatif dan halal, serta mendorong perubahan pola konsumsi masyarakat.
Tujuan lainnya termasuk meningkatkan produksi pangan lokal dan menjaga stabilitas harga pangan di daerah.
Berkat inovasi seperti Oyek dan strategi pengendalian harga yang berkelanjutan, Kalimantan Selatan berhasil meraih penghargaan “TPID Provinsi Berkinerja Terbaik” di Kalimantan pada tahun 2023 dan 2024.
- Penulis :
- Aditya Yohan