Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Desa Kalijaran Beralih ke Energi Surya, Petani Kini Lebih Mandiri dan Hemat Biaya

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Desa Kalijaran Beralih ke Energi Surya, Petani Kini Lebih Mandiri dan Hemat Biaya
Foto: (Sumber: Petani merawat tanaman kangkung yang sistem pengairannya menggunakan pompa air tanah berenergi listrik dari tenaga surya dalam program Kalijaran Mapan di Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (1/10/2025). ANTARA/Sumarwoto)

Pantau - Para petani di Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, kini menggunakan energi surya untuk mengairi lahan pertanian tadah hujan, menggantikan mesin diesel yang selama ini menjadi sumber irigasi.

Transformasi ini berhasil menghidupi 15 hektare lahan sawah dengan energi bersih dan tanpa polusi.

Panel Surya Gantikan Diesel, Hemat Biaya dan Ramah Lingkungan

Dulu, pengairan sawah bergantung pada mesin diesel yang menimbulkan asap, suara bising, serta biaya operasional yang tinggi.

Kini, panel surya dan solar home system (SHS) digunakan untuk mengoperasikan pompa air tanah secara berkelanjutan.

Penggunaan energi surya ini mampu menghemat biaya operasional hingga 50 persen dibandingkan listrik konvensional.

Jika sebelumnya mesin diesel menghabiskan sekitar 8 liter BBM per hari, kini pompa air bekerja tanpa suara dan tanpa emisi gas buang.

Kapasitas panel surya mencapai 6.500 kW, cukup untuk mengairi sawah sekaligus mengurangi emisi karbon sekitar 5 kg per hari.

Selain itu, energi angin dari pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) juga ikut mendukung sistem pompa.

Inovasi ini merupakan hasil kerja sama program Kalijaran Mapan (Masyarakat Pengelolaan Pertanian Berkelanjutan) yang digagas oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap bersama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Margo Sugih, serta melibatkan Tim Politeknik Negeri Cilacap (PNC).

Petani Berdaya, Diversifikasi Usaha Dorong Kesejahteraan

Transformasi energi ini diikuti dengan perubahan pola usaha tani yang lebih beragam dan bernilai tambah.

Jika dulu petani hanya menjual gabah mentah ke tengkulak, kini hasil panen diolah menjadi beras sendiri.

Dedak hasil penggilingan dimanfaatkan sebagai pakan ternak untuk 175 ekor bebek petelur yang dibudidayakan di kandang komunal.

Sekam padi juga diolah menjadi arang sekam untuk dijual atau dipakai sebagai media tanam hortikultura.

"Kalau dulu petani hanya panen sekali, hasilnya pun langsung dijual. Sekarang beras bisa diolah sendiri, dedaknya pun jadi berkah untuk budi daya bebek," ungkap Priyatno, Ketua Gapoktan Margo Sugih.

Priyatno juga menjelaskan pentingnya diversifikasi pertanian agar petani tidak terus bergantung pada padi.

Di greenhouse, mereka menanam sayuran cepat panen seperti pakcoy, kangkung, dan cabai.

"Kita jangan terus bergantung pada padi. Dengan sayuran pendek, perputaran hasil lebih cepat. Kangkung bisa panen sampai empat kali, jauh lebih menguntungkan," ia menambahkan.

Satu bedeng kangkung bahkan bisa menghasilkan ratusan ribu rupiah hanya dalam 25–30 hari.

Pangat, anggota Kelompok Tani Abdi Tani Makmur, menyampaikan bahwa sistem baru ini membuat mereka bisa menanam dua hingga tiga kali dalam setahun, bahkan menyisipkan tanaman palawija dan sayur di antara musim tanam.

"Dulu setahun paling sekali tanam. Sekarang bisa dua sampai tiga kali, bahkan di sela-sela bisa tanam palawija dan sayur. Jadi penghasilan kami lebih terjamin," ujarnya.

Program Kalijaran Mapan kini tak hanya berfokus pada pengolahan padi, tetapi juga membangun greenhouse, rumah bibit, dan kolam ikan sebagai bentuk pertanian terpadu yang mandiri dan berkelanjutan.

Meski biaya pembangunan PLTS cukup besar, umur pakai panel surya yang bisa mencapai 25 tahun membuat investasi ini dinilai sangat layak.

Penulis :
Aditya Yohan