Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

IHSG Dibuka Menguat di Tengah Tekanan Bursa Global dan Kekhawatiran Ekonomi Dunia

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

IHSG Dibuka Menguat di Tengah Tekanan Bursa Global dan Kekhawatiran Ekonomi Dunia
Foto: (Sumber: Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/3/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz/am..)

Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pagi, 7 November 2025, dibuka menguat 9,52 poin atau 0,11 persen ke posisi 8.346,5, di tengah pelemahan bursa kawasan Asia dan global.

IHSG Menguat Tipis, LQ45 Ikut Naik

Indeks LQ45, yang berisi 45 saham unggulan, turut naik 0,40 poin atau 0,05 persen ke posisi 848,05.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, memprediksi “IHSG hari ini melemah dalam rentang 8.200–8.350,” ungkapnya.

Meskipun proyeksi menunjukkan potensi pelemahan, pergerakan awal IHSG justru menguat, didorong oleh sejumlah sentimen domestik yang relatif stabil.

Dari dalam negeri, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal III-2025 meningkat 0,84 persen year-on-year (yoy), setelah sebelumnya di kuartal II-2025 tumbuh 0,90 persen (yoy).

Namun, berdasarkan jumlah unit penjualan, IHPR pada kuartal III-2025 justru turun 1,29 persen (yoy), meski membaik dibanding kuartal II-2025 yang turun 3,80 persen (yoy).

Mayoritas pembiayaan properti dilakukan melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dengan porsi mencapai 74,41 persen.

Permintaan sektor properti masih tertahan akibat masa transisi pemerintahan, suku bunga tinggi, serta lemahnya daya beli masyarakat.

Sentimen Global Tekan Pasar Asia dan Dunia

Dari pasar internasional, kekhawatiran investor meningkat terhadap valuasi tinggi perusahaan Artificial Intelligence (AI) dan semikonduktor di Wall Street, Amerika Serikat, yang pertumbuhannya diperkirakan melambat.

Di Asia, pelaku pasar menanti rilis data inflasi China pada akhir pekan.

Pada September 2025, China mencatat deflasi konsumen sebesar 0,3 persen (yoy) dan deflasi produsen 2,3 persen (yoy), yang menandakan tekanan terhadap permintaan domestik dan industri global.

Kondisi ini turut berdampak negatif pada ekonomi dunia, termasuk penurunan permintaan terhadap komoditas nonmigas.

Pada perdagangan Kamis, 6 November 2025, bursa saham Eropa kompak melemah.

Euro Stoxx 50 turun 1,10 persen, indeks FTSE 100 Inggris turun 0,42 persen, DAX Jerman melemah 1,31 persen, dan CAC Prancis turun 1,36 persen.

Bursa saham Amerika Serikat juga terkoreksi, dengan Dow Jones Industrial Average turun 0,84 persen ke 46.913,65, S&P 500 turun 1,12 persen ke 6.720,39, dan Nasdaq Composite anjlok 1,91 persen ke 25.130,04.

Sementara itu, bursa Asia pada Jumat pagi bergerak bervariasi.

Indeks Nikkei turun 953,18 poin atau 1,91 persen ke 49.930,80, Shanghai turun 5,57 poin atau 0,14 persen ke 4.002,25, dan Hang Seng melemah 206,77 poin atau 0,80 persen ke 26.275,50.

Sedangkan indeks Strait Times Singapura justru naik 8,24 poin atau 0,18 persen ke posisi 4.493,07.

Penulis :
Ahmad Yusuf