Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

IHSG Menguat di Tengah Sinyal Berakhirnya Government Shutdown Amerika Serikat

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

IHSG Menguat di Tengah Sinyal Berakhirnya Government Shutdown Amerika Serikat
Foto: (Sumber: Arsip foto - Pengunjung melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (27/10/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin (27/10) ditutup melemah 154,57 poin atau 1,87 persen ke level 8.117,15. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/YU)

Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu pagi bergerak menguat seiring munculnya sinyal berakhirnya government shutdown (penutupan pemerintahan) Amerika Serikat (AS).

Sinyal Positif dari Amerika Serikat

IHSG dibuka naik 25,77 poin atau 0,31 persen ke posisi 8.392,28.

Indeks LQ45 yang berisi 45 saham unggulan juga naik 2,43 poin atau 0,29 persen ke posisi 845,12.

“Dengan munculnya sejumlah sentimen eksternal seperti hasil voting anggaran di AS, pergerakan pasar global bisa menjadi penggerak awal untuk IHSG. Namun, dengan risiko koreksi yang tetap ada karena faktor domestik,” ungkap seorang analis pasar modal.

Sentimen positif datang dari luar negeri setelah Senat AS meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk mengakhiri penutupan pemerintahan, meski ketegangan politik masih berlangsung di Washington.

Pelaku pasar mencermati hasil voting anggaran di DPR AS yang akan menentukan akhir dari shutdown pemerintahan AS yang sudah berlangsung selama 42 hari sejak 1 Oktober 2025.

Jika disetujui, shutdown dapat berakhir dalam waktu 24 hingga 48 jam.

Namun, pendanaan pemerintah hanya akan diperpanjang hingga 30 Januari 2026, sehingga risiko shutdown kembali muncul pada awal tahun depan.

Senat AS sudah menyetujui kesepakatan tersebut, dan Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan menandatangani RUU itu menjadi undang-undang.

Kesepakatan ini akan memulihkan aktivitas pemerintahan federal AS dan memberi kelegaan bagi pegawai serta penerima subsidi, walau dibutuhkan waktu untuk sistem kembali normal.

Kombinasi Faktor Eksternal dan Domestik

Dari dalam negeri, data menunjukkan penjualan eceran menurun 2,4 persen month-to-month (mtm) pada September 2025 akibat anjloknya sektor sandang, namun tetap tumbuh 3,7 persen year-on-year (yoy).

Bank Indonesia (BI) optimistis penjualan eceran akan meningkat pada Oktober 2025 sebesar 4,3 persen (yoy), didorong konsumsi menjelang Natal, meskipun tekanan inflasi diperkirakan naik hingga awal 2026.

Pada perdagangan Selasa (11/11), bursa saham Eropa ditutup kompak menguat, dengan Euro Stoxx 50 naik 0,20 persen, FTSE 100 Inggris naik 1,09 persen, DAX Jerman naik 0,53 persen, dan CAC Prancis naik 1,25 persen.

Bursa saham AS di Wall Street pada Selasa juga ditutup mayoritas menguat, dengan Dow Jones Industrial Average naik 1,18 persen ke level 47.927,00, S&P 500 naik 0,21 persen ke level 6.846,62, sementara Nasdaq Composite turun 0,31 persen ke level 25.532,49.

Bursa saham Asia pada Rabu pagi pun bergerak positif, dengan Nikkei naik 83,07 poin atau 0,21 persen ke 50.942,00, Shanghai naik 10,30 poin atau 0,26 persen ke 4.013,45, Hang Seng naik 297,59 poin atau 1,11 persen ke 26.993,50, dan Strait Times naik 10,61 poin atau 0,23 persen ke 4.552,48.

Penguatan IHSG dipicu kombinasi faktor eksternal berupa potensi berakhirnya government shutdown AS dan faktor domestik berupa optimisme pemulihan konsumsi menjelang akhir tahun.

Penulis :
Aditya Yohan