
Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu sore, 19 November 2025, ditutup menguat 44,65 poin atau 0,53 persen ke level 8.406,58 setelah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75 persen.
Keputusan Bank Indonesia menahan BI-Rate sesuai ekspektasi pasar dan menjadi faktor utama penguatan IHSG.
Indeks LQ45 juga mencatat kenaikan sebesar 5,46 poin atau 0,65 persen ke posisi 848,97.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada November 2025 memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI-Rate di 4,75 persen, suku bunga deposit facility di 3,75 persen, dan suku bunga lending facility di 5,5 persen.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menilai pasar merespons positif keputusan BI serta pandangan IMF terhadap kebijakan moneter Indonesia.
"Pasar menilai pandangan IMF memberikan gambaran bagaimana pencapaian kinerja ekonomi Indonesia dalam menjaga stabilitas dan pro growth ekonomi dalam negeri di saat situasi kondisi eksternal menantang," ungkapnya dalam kajian di Jakarta.
Ia menjelaskan, IMF menyebut pelonggaran moneter oleh Bank Indonesia berada di jalur yang tepat dan membuka ruang bagi penurunan suku bunga lanjutan.
Sentimen Global dan Regional Pengaruhi Pergerakan Pasar
Dari sisi global, pelaku pasar mencermati arah kebijakan suku bunga The Fed, dengan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember 2025 kini hanya sebesar 47 persen, turun drastis dari prediksi sebelumnya yang lebih dari 90 persen.
Beberapa pejabat The Fed memperingatkan agar tidak tergesa-gesa dalam menurunkan suku bunga di tengah risiko inflasi, namun Gubernur The Fed Christopher Waller menyatakan dukungannya terhadap pelonggaran suku bunga karena adanya tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja.
Ketegangan diplomatik antara China dan Jepang turut membayangi sentimen pasar.
Kekhawatiran muncul setelah Direktur Jenderal Departemen Urusan Asia Kementerian Luar Negeri China, Liu Jinsong, menyatakan ketidakpuasannya atas hasil pertemuan dengan diplomat Jepang, memicu potensi gangguan hubungan ekonomi kedua negara.
IHSG sejak awal perdagangan sudah berada di zona hijau dan bertahan hingga akhir sesi pertama.
Pada sesi kedua, penguatan IHSG tetap terjaga hingga penutupan perdagangan.
Sektor Energi dan Infrastruktur Pimpin Penguatan, Saham TIFA Cs Menguat
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, delapan sektor mengalami penguatan.
Sektor energi memimpin dengan kenaikan sebesar 1,49 persen, disusul sektor infrastruktur naik 1,09 persen, dan sektor konsumen primer naik 1,00 persen.
Tiga sektor mengalami pelemahan yaitu teknologi turun 0,50 persen, properti turun 0,41 persen, dan transportasi & logistik turun 0,05 persen.
Saham-saham yang mencatatkan penguatan terbesar di antaranya TIFA, BUKK, FMII, SGRO, dan LIFE.
Sementara itu, saham yang mencatatkan penurunan terbesar meliputi JATI, PURI, KONI, TMPO, dan ESTA.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 2.249.421 kali transaksi dengan total volume 45,14 miliar lembar saham dan nilai transaksi mencapai Rp30 triliun.
Sebanyak 335 saham tercatat menguat, 285 saham melemah, dan 191 saham stagnan.
Di bursa Asia, pergerakan indeks cenderung bervariasi.
Indeks Nikkei melemah 162,98 poin atau 0,33 persen ke 48.540,00, dan Hang Seng turun 99,38 poin atau 0,38 persen ke 25.830,03.
Sementara itu, indeks Shanghai menguat 6,93 poin atau 0,18 persen ke 3.946,74, dan Strait Times naik 4,03 poin atau 0,09 persen ke 4.508,70.
- Penulis :
- Arian Mesa







