
Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah pada penutupan perdagangan Jumat sore, 28 November 2025, akibat aksi profit taking oleh investor setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi.
IHSG ditutup turun 37,15 poin atau 0,43 persen ke level 8.508,71, sementara indeks LQ45 yang berisi 45 saham unggulan juga terkoreksi sebesar 6,27 poin atau 0,74 persen ke posisi 845,76.
Kepala Riset Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, mengungkapkan bahwa tekanan jual ini muncul karena investor merealisasikan keuntungan yang sudah diperoleh.
"Koreksi IHSG dipicu oleh profit taking setelah sempat mencapai rekor tertinggi baru pada pekan ini," ungkapnya.
Pergerakan Pasar Dipengaruhi Ekspektasi Data Ekonomi
Dari dalam negeri, pelaku pasar mencermati sejumlah rilis data ekonomi yang dijadwalkan keluar pekan depan, yang menjadi faktor penahan laju penguatan pasar.
Data penting yang dinanti antara lain adalah Indeks Manajer Pembelian (PMI) sektor manufaktur, neraca perdagangan, data inflasi bulan November yang dirilis pada Senin, 1 Desember 2025, dan data cadangan devisa yang diumumkan pada Jumat, 5 Desember 2025.
Neraca perdagangan Oktober 2025 diperkirakan mengalami surplus sebesar 3,8 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan surplus 4,34 miliar dolar AS pada September.
Sementara itu, inflasi November 2025 diprediksi berada di level 0,3 persen secara bulanan (month to month) dan 2,8 persen secara tahunan (year on year).
Dari kawasan Asia, pasar turut mencermati perkembangan inflasi di Jepang yang mengalami penurunan menjadi 2,7 persen pada Oktober 2025, dari 2,8 persen di bulan sebelumnya. Namun inflasi inti justru naik menjadi 2,8 persen dari sebelumnya 2,7 persen.
Data inflasi tersebut masih berada di atas target bank sentral Jepang sebesar 2 persen, sehingga memunculkan potensi kenaikan suku bunga acuan yang bisa berdampak ke pasar regional.
Sektor Teknologi Terpukul, Energi Menguat
IHSG sempat dibuka menguat di awal perdagangan, namun berbalik arah ke zona negatif hingga penutupan sesi pertama dan bertahan di zona merah hingga akhir perdagangan sesi kedua.
Berdasarkan data Indeks Sektoral IDX-IC, lima sektor mengalami penguatan, antara lain sektor energi yang naik 1,16 persen, sektor properti naik 0,82 persen, dan sektor infrastruktur naik 0,56 persen.
Sementara itu, enam sektor mengalami koreksi, dengan sektor teknologi mencatatkan pelemahan terdalam sebesar 1,91 persen, disusul sektor kesehatan turun 0,58 persen dan sektor barang baku turun 0,57 persen.
Saham-saham yang mencatatkan penguatan tertinggi di antaranya NASI, STAR, PSKT, PADI, dan ROCK.
Sebaliknya, saham-saham yang mencatatkan penurunan terdalam meliputi BHAT, ESTI, BOGA, ESIP, dan CBUT.
Total frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 2.341.049 kali transaksi, dengan volume perdagangan mencapai 41,12 miliar lembar saham dan nilai transaksi sebesar Rp20,37 triliun.
Sebanyak 282 saham tercatat menguat, 370 saham melemah, dan 159 saham stagnan.
Bursa Asia Bergerak Variatif
Di pasar regional Asia, pergerakan bursa saham pada sore hari itu menunjukkan tren yang beragam.
Indeks Nikkei Jepang melemah tipis sebesar 35,10 poin atau 0,07 persen ke posisi 50.132,00.
Indeks Shanghai dan Hang Seng justru mengalami penguatan masing-masing sebesar 13,14 poin (0,34 persen) ke level 3.888,60 dan 87,04 poin (0,34 persen) ke level 25.858,89.
Sementara itu, indeks Straits Times naik 14,62 poin atau 0,32 persen ke posisi 4.523,96.
- Penulis :
- Arian Mesa







