
Pantau.com - Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, yang berusia 35 tahun, menyatakan dirinya sebagai presiden sementara negara tersebut. Juan Guaido mengklaim telah menguasai aset-aset negara setelah Amerika Serikat mengumumkan penerapan serangkaian sanksi terhadap perusahaan minyak BUMN Venezuela, PDVSA.
Akibat sanksi-sanksi itu uang hasil penjualan minyak Venezuela tak akan jatuh kepada pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
"Tujuan dari sanksi-sanksi ini adalah mengubah perilaku," kata Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, di Gedung Putih sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Baca juga: Pantau Sorot: Venezuela, Negara Kaya Minyak yang Ekonominya 'Terkoyak'
"Sehingga ketika ada pengakuan bahwa perusahaan itu adalah milik penguasa yang sebenarnya, pemimpin sebenarnya, maka uang itu akan tersedia bagi Guaido," sambung Mnuchin.
Guaido, yang mengepalai badan legislatif Majelis Nasional dan memproklamirkan dirinya sebagai presiden sementara, mengeluarkan pernyataan bahwa dia mengendalikan aset-aset republik kita di luar negeri secara tertib guna mencegah Maduro mengosongkan kas negara.
Venezuela amat tergantung pada AS di bidang perminyakan mengingat sebanyak 41 persen ekspor minyak Venezuela dikirim ke AS.
Baca juga: Wow! Ini Cerita WNI Habiskan 1,7 Miliar Bolivar untuk Makan Siang di Venezuela
Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, dan Mnuchin mengatakan rangkaian sanksi diterapkan guna mencegah Maduro dan pemerintahannya memanfaatkan dana dari perusahaan minyak BUMN.
"Kami terus mengungkap korupsi Maduro dan kroni-kroninya. Tindakan hari ini memastikan mereka tidak lagi menjarah aset-aset milik rakyat Venezuela," kata Bolton.
Sanksi-sanksi AS memblokir properti PDVSA di dalam yurisdiksi AS serta melarang setiap warga AS bertransaksi dengan perusahaan minyak tersebut.
Namun, menurut Mnuchin, Citgo selaku anak perusahaan PDVSA bisa melanjutkan operasi pemurnian minyak jika pendapatannya didepositokan ke rekening di AS yang sudah diblokir.
Baca juga: Pasca Turki Giliran Venezuela Krisis, Pemerintah RI: Kita Dalam Koridor Baik
Sejauh ini, harga minyak turun sekitar tiga persen pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), persentase penurunan satu hari terbesar dalam sebulan, setelah peningkatan dalam pengeboran minyak mentah AS menunjukkan pertumbuhan pasokan lebih lanjut di tengah bertahannya kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret turun 1,71 dolar AS atau 2,8 persen, menjadi menetap pada 59,93 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret merosot 1,70 dolar AS atau 3,2 persen, menjadi ditutup pada 51,99 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Terakhir kali kedua acuan minyak mentah melihat persentase penurunan harian yang lebih besar terjadi pada 27 Desember tahun lalu.
- Penulis :
- Nani Suherni