Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

IHSG Menguat di Tengah Tekanan Bursa Asia, Sektor Infrastruktur Catat Lonjakan Tertinggi

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

IHSG Menguat di Tengah Tekanan Bursa Asia, Sektor Infrastruktur Catat Lonjakan Tertinggi
Foto: Ilustrasi - Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) (sumber: IDX)

Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (10/12/2025) sore ditutup menguat sebesar 43,74 poin atau 0,51 persen ke posisi 8.700,92, meskipun mayoritas bursa saham kawasan Asia mencatatkan pelemahan.

IHSG Menguat Konsisten Sejak Pembukaan

Indeks LQ45 yang berisi 45 saham unggulan juga mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 8,90 poin atau 1,05 persen ke posisi 856,96.

Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia menjelaskan bahwa penguatan IHSG terjadi di tengah pelemahan indeks saham Asia yang cenderung menunggu hasil pertemuan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Fed).

"Pasar global menantikan keputusan The Fed, yang berpotensi menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini," ungkap Tim Riset Phillip Sekuritas.

IHSG dibuka menguat dan terus bertahan di zona hijau sejak sesi pertama hingga penutupan perdagangan hari ini.

Dari sektor-sektor yang tercatat di BEI, enam sektor mengalami penguatan, dipimpin oleh sektor infrastruktur yang melonjak hingga 4,54 persen.

Sektor energi dan sektor barang konsumen non primer turut menyusul dengan kenaikan masing-masing 1,56 persen dan 1,08 persen.

Sementara itu, lima sektor mengalami pelemahan, dengan sektor keuangan turun paling dalam sebesar 1,40 persen, diikuti sektor transportasi & logistik yang melemah 0,95 persen, dan sektor kesehatan yang turun 0,76 persen.

Saham-saham yang mencatatkan penguatan terbesar hari ini antara lain DOOH, BMHS, DGNS, BOGA, dan INET.

Sementara itu, saham-saham yang mengalami pelemahan tertinggi adalah PURI, KOKA, NAYZ, MEJA, dan PGJO.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 3.503.223 kali transaksi dengan volume mencapai 68,50 miliar lembar saham dan nilai transaksi sebesar Rp33,88 triliun.

Sebanyak 258 saham mengalami kenaikan harga, 431 saham melemah, dan 113 saham stagnan.

Faktor Global dan Domestik Pengaruhi Pergerakan Pasar

Dari sisi global, pasar saham Asia cenderung melemah akibat ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed yang semakin terbatas.

Rilis data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan peningkatan jumlah lowongan pekerjaan, berlawanan dengan prediksi sebelumnya yang memperkirakan penurunan.

Data tersebut membuat ekspektasi penurunan suku bunga lebih lanjut di tahun depan meredup, dari sebelumnya tiga kali pemangkasan menjadi dua kali dalam 12 bulan ke depan.

Namun, masih ada harapan bahwa The Fed akan bersikap lebih dovish pada 2026.

Kevin Hassett, penasihat ekonomi utama Presiden AS Donald Trump sekaligus kandidat kuat pengganti Jerome Powell sebagai Ketua The Fed pada Mei 2026, mengatakan, "Saya melihat banyak ruang untuk menurunkan suku bunga secara substansial."

Dari dalam negeri, indikator ekonomi menunjukkan sinyal positif.

Penjualan eceran pada Oktober 2025 tumbuh 4,3 persen secara tahunan (year on year/yoy), mencatatkan laju tertinggi sejak Juli dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 3,7 persen pada bulan sebelumnya.

Kenaikan ini menandakan pertumbuhan selama enam bulan berturut-turut, didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat.

Sementara itu, bursa saham Asia mencatat pergerakan beragam sore ini:

  • Indeks Nikkei turun 59,60 poin atau 0,12 persen ke 50.595,50
  • Indeks Hang Seng naik 106,55 poin atau 0,42 persen ke 25.540,78
  • Indeks Shanghai melemah 9,03 poin atau 0,23 persen ke 3.900,50
  • Indeks Strait Times turun tipis 1,34 poin atau 0,03 persen ke 4.511,90
Penulis :
Shila Glorya