Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Rupiah Menguat Tipis ke Rp16.710 per Dolar AS, Didukung Inflasi AS yang Melemah

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Rupiah Menguat Tipis ke Rp16.710 per Dolar AS, Didukung Inflasi AS yang Melemah
Foto: (Sumber: Petugas menyusun yang dolar AS dan rupiah di Bank Syariah Indonesia (BSI), Bekasi, Jawa Barat, Jumat (21/2/2025). ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/foc/aa..)

Pantau - Nilai tukar rupiah dibuka menguat sebesar 13 poin atau 0,08 persen pada perdagangan Jumat, 19 Desember 2025, menjadi Rp16.710 per dolar AS, dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp16.723 per dolar AS.

Penguatan rupiah ini dipicu oleh rilis data inflasi Amerika Serikat yang lebih rendah dari ekspektasi pasar.

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menyatakan bahwa data inflasi tersebut mendorong sentimen positif di pasar keuangan global dan mendukung penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Inflasi AS Melemah, Pasar Prediksi The Fed Turunkan Suku Bunga

Berdasarkan data dari Anadolu, Indeks Harga Konsumen (CPI) tahunan AS pada November 2025 tercatat sebesar 2,7 persen, lebih rendah dari proyeksi pasar yang berada di angka 3,1 persen, dan turun dari 3 persen pada September.

Inflasi bulanan AS juga menunjukkan penurunan, tercatat 0,2 persen pada November dari sebelumnya 0,3 persen di September.

Data inflasi Oktober 2025 tidak tersedia akibat penutupan pemerintahan federal (government shutdown), sehingga The Federal Reserve (The Fed) masih bersikap hati-hati.

Namun, pasar tetap optimistis bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada Januari 2026, dengan proyeksi total tiga kali pemangkasan suku bunga sepanjang tahun.

Rully memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.680–Rp16.730 per dolar AS, seiring sentimen global terhadap arah kebijakan moneter AS.

BI Tahan Suku Bunga, Stabilitas Rupiah Jadi Prioritas

Dari sisi domestik, Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 4,75 persen.

Menurut Rully, keputusan tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, idealnya suku bunga diturunkan, namun BI juga perlu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tidak terlalu tertekan," ujarnya.

Kebijakan BI menunjukkan sikap hati-hati dalam menyeimbangkan antara stimulus ekonomi dan stabilitas makroekonomi di tengah dinamika global yang masih belum pasti.

Penulis :
Aditya Yohan