
Pantau - Pepatah lama menyebut perempuan sebagai "tiang negara", dan ungkapan ini bukan sekadar simbolik, melainkan pengakuan nyata atas peran krusial perempuan—terutama ibu—dalam menjaga kemandirian dan ketahanan pangan bangsa.
Bulan Desember menjadi momen refleksi kolektif atas peran tersebut, bertepatan dengan Hari Hak Asasi Manusia (10 Desember) dan Hari Ibu (22 Desember).
Hari Ibu semestinya tidak hanya menjadi seremoni, melainkan pengingat akan peran penting dan sunyi jutaan perempuan Indonesia yang menjaga keberlangsungan dapur rumah tangga dalam situasi yang kerap penuh tekanan.
Perempuan: Penjaga Dapur dan Pilar Ketahanan Nasional
Dari desa terpencil hingga pusat kota, perempuan bekerja dalam diam: menanam, memasak, mengolah, menghemat, dan memastikan anak-anak mendapat gizi yang cukup.
Semua itu dilakukan dalam situasi yang tidak selalu ideal—mulai dari krisis pangan global, perubahan iklim, hingga tekanan ekonomi yang terus berlangsung.
Ketahanan pangan bukan hanya soal pertanian dan produksi, melainkan juga berkaitan langsung dengan hak asasi manusia, keberlanjutan hidup, dan masa depan bangsa.
Perempuan memainkan peran strategis dalam tata kelola pangan di tingkat rumah tangga, komunitas, bahkan hingga perumusan kebijakan.
Sejarah dan budaya telah menempatkan perempuan sebagai tulang punggung penyedia pangan keluarga, dan peran ini tetap relevan hingga kini.
"Kemandirian pangan harus dimulai dari rumah tangga, dan perempuan adalah kunci keberhasilannya," menjadi pernyataan yang semakin nyata dalam konteks Indonesia saat ini.
Dari Dapur ke Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya, namun tantangannya terletak pada bagaimana pemanfaatannya dilakukan secara adil, berkelanjutan, dan inklusif.
Ketika jutaan rumah tangga dikelola oleh perempuan yang menanam, beternak, dan mengolah pangan bernutrisi, dampaknya akan terasa secara nasional.
Fakta bahwa produksi pangan nasional meningkat dalam setahun terakhir merupakan hasil dari gotong royong berbagai pihak—termasuk kontribusi perempuan dalam seluruh rantai pasok pangan.
Pelibatan aktif perempuan dalam urusan pangan terbukti memberikan kontribusi langsung terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), terutama pada penghapusan kelaparan dan penguatan kesetaraan gender.
Pemberdayaan perempuan di sektor pangan juga mempercepat penanggulangan kemiskinan, meningkatkan gizi keluarga, serta memperkuat daya tahan ekonomi rumah tangga.
Secara kultural dan religius, langkah ini sejalan dengan amanah manusia sebagai pengelola bumi yang bertanggung jawab.
Menghormati dan memberdayakan perempuan dalam urusan pangan bukan hanya strategi pembangunan, tetapi juga pilihan moral untuk masa depan Indonesia.
“Ketika perempuan diberdayakan dalam pangan, sesungguhnya yang kita kuatkan adalah sebuah bangsa.”
- Penulis :
- Gerry Eka
- Editor :
- Tria Dianti







