
Pantau.com - Dirut PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Didik Prasetyo mengungkapkan salah satu kendala yang dihadapi industri gula saat ini adalah tak adanya tebu sebagai bahan baku utama.
"Satu masalah yang kami hadapi. Dari sekian banyak pabrik gula yang kami punya, 2 diantaranya harus tutup yaitu di Kadipaten dan Jatiwangi. Tebunya enggak ada," ujarnya saat menjadi pembicara dalam diskusi Forum Sosialisasi Ekonomi Kerakyatan Berbasis Digital, di Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Senin (25/2/2019).
"Iya tebunya berkurang kan, semakin sulit. Kalah saing sama Kertajati," imbuhnya.
Baca juga: Raup Rp10 Juta Perbulan, Pekerjaan Jasa Pengiriman Dianggap Menjanjikan
Ia menyinggung pembangunan bandara-bandara di beberapa wilayah yang membuat petani tebu lebih memilih beralih profesi.
"Pabrik Kadipaten itu berada di Jatitujuh, Indramayu, Majalengka, hanya 1 km dari situ berdiri Bandara Kertajati. Jadi repot. Petaninya lebih suka jadi jaga parkir, jadi porter di bandara. Tebunya enggak ada lagi," ungkapnya.
"Selain itu, Pabrik gula di Subang, dilalui jalan tol, dan dua jalur kereta api. Ditengah-tengah kebun tebu 5 ribu hektare dilewati itu. Jadi apa?Tebunya enggak bisa jalan lagi," imbuhnya.
Padahal kata dia, dua pabrik tersebut merupakan pemasok terbesar di Jawa Barat. Sehingga pihaknya saat ini berupaya memindahkan pabrik-pabrik ke area luar Jawa untuk mengatasi kendala ini.
"Dua pabrik itu merupakan pemasok terbesar di jabar harus ditutup. Ini yang sedang kami atasi yaitu dipindahkan ke luar jawa. Sesuai Nawacita pak Jokowi: Jawa harus jadi industri pendukung tidak lagi jadi agroindustri. Ini yang jadi perhatian," paparnya.
Baca juga: Duh! dari 62 Juta, Baru 9,16 Juta UMKM yang 'Go Online'
Selain itu kata dia, keberadaan bandara ini juga berpotensi menyumbang limbah atau polusi untuk produksi tebu yang berada di sekitar bandara. Pihaknya sudah berdiskusi dengan pihak terkait namun kata dia, solusi yang dilakukan adalah dengan memindahkan pabrik.
"Sudah (dibicarakan), tapi kan harusnya kita memindahkan pabrik keluar. Nah sementara ini tetep kita jalankan mekanisasi, harus kita jalankan di situ. Memang kita sulit dengan ada bandara. Nanti pabrik beroperasi ada asap kan kena bandara, sekarang tetep giling. Tapi diatur biar gak ada limbah," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni