
Pantau.com - Ketersediaan beras di dalam negeri masih cukup hingga akhir tahun 2020. Hal ini terlihat dari perkiraan total produksi beras tahun ini yang mencapai 29 juta ton.
Dewan Pembina Institut Agroekologi Indonesia (Inagri), Ahmad Yakub, mengatakan angka itu belum termasuk stok Bulog dan beras di pedagang, serta lumbung masyarakat sekitar 3,5 juta ton. Sementara kebutuhan beras nasional berkisar 2,5 juta ton per bulan.
Ia mengatakan, pemerintah juga dapat membantu petani meningkatkan nilai tambah hasil panen pada April dan Mei 2020 dengan menyediakan mesin giling mini dengan kapasitas 75 kilogram per jam produk beras. "Untuk beras jangka pendek ini, kita surplus paling tidak 6,8 juta ton dari panen saat ini yang 29 juta ton gabah kering giling. Atau dikonversi menjadi beras kurang lebih 17 juta ton," papar Ahmad Yakub.
Baca juga: Panen Raya Dapat Redam Kepanikan Masyarakat Akibat COVID-19
Yaqub juga menambahkan terjadi peningkatan pembelian beras oleh konsumen pada awal tahun 2020, apabila dibandingkan tahun lalu sebelum ada wabah Korona. Itu terlihat dari penyaluran penyaluran Bulog pada periode Januari-22 April 2020 sebanyak 570 ribu ton atau meningkat 33% dibandingkan periode sama tahun lalu sebanyak 382 ton.
Di samping itu, harga beras medium secara nasional mencapai Rp12 ribu per kilogram, di atas harga eceran tertinggi yakni Rp9.450 untuk Jawa, Lampung dan Sumatera Selatan. Yaqub mengusulkan Presiden Joko Widodo untuk membentuk Badan Pangan Nasional untuk menyikapi gejolak harga pangan dan data pangan di tengah wabah Korona. Badan ini bisa berada di bawah presiden langsung yang dapat mengkoordinir dan menyusun kebijakan pangan dari hulu hingga hilir.
"Badan Pangan Nasional menjadi regulator dan Perum BULOG menjadi operator dalam mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan," tambah Yaqub.
Kendati pasokan beras cukup, masyarakat belum tentu dapat membeli beras. Hal ini seperti yang dituturkan Kepala Desa Panggungharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Wahyudi.
Baca juga: Buwas Klaim Bulog Akan Serap 950.000 Ton Beras Petani
Menurutnya ada sekitar 58 persen dari total 9.340 keluarga di desanya mengaku terdampak wabah corona seperti kehilangan pekerjaan dan turunnya pendapatan. Akibatnya, warga tidak memiliki kemampuan dalam mencukupi kebutuhan pangan. Warga hanya mampu membeli pangan mulai dari satu hingga enam bulan ke depan.
"Untungnya banyak mekanisme sosial yang bekerja dan saya kira itu menjadi keuntungan dari bangsa kita. Jadi ketika mekanisme negara gagal memberikan jaminan atas keberlangsungan hidup negara, itu masyarakat sangat kreatif untuk membangun jaring pengaman secara bersama," jelas Wahyudi.
Wahyudi menambahkan pemerintah desa juga menjalankan program tanam pangan di lahan-lahan desa untuk pemenuhan pangan bagi warga desa.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta