Pantau Flash
HOME  ⁄  Food & Travel

Intip Sejarah di Balik 9 Bangunan Kota Tua

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Intip Sejarah di Balik 9 Bangunan Kota Tua
Foto: Museum Bank Indonesia (Dok. Pantau.com)

Pantau - Kawasan wisata kota tua menjadi salah satu ikon populer yang ada di Jakarta. Yang menjadi daya tarik dari tempat ini adalah arsitektur nya yang indah dan mempunyai nilai historis tersendiri, kebanyakan dari bangunan di tempat ini adalah peninggalan kolonial Belanda.

Kawasan wisata Kota Tua Jakarta ini masuk dalam wilayah Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Untuk berkunjung ke tempat ini sobat pantau bisa menaiki transportasi umum seperti KRL dan Transjakarta.

Nah, bagi kalian yang ingin berkunjung ke kota tua dan bertanya tanya tempat apa yang menarik di kawasan ini? Berikut tempat-tempat menarik di kota tua yang mungkin bisa sobat pantau kunjungi:

Museum Fatahillah

@lydiaoey Museum ini ternyata gedeee banget dan isinya vintage estetik. Ada banyak peninggalan dari jaman Tarumanagara sampai lemari buku tinggi yang digunakan waktu jaman VOC. Tiket masuknya terjangkau dari 2000-5000 rupiah aja, dan banyak yg sedang study tour di dalam. Kalo ke sini jangan lupa isi perut dulu, aku bawa makaroni pangang yg dibuat pakai vegan pasta bentuk bear nya @littlepastaorganics.id dari spinach dan tomato. Kalo mau ke sini cari aja di gmaps: Jakarta history museum. #kotatuajakarta #museumfatahillah #museumkesejarahanjakarta #jakartahistorymuseum #fatahillahmuseum ♬ original sound - Lydia Oey

Mungkin sobat pantau sudah familiar dengan ikon wisata Kota Tua Jakarta satu ini. Lokasi museum ini ada ditengah kawasan Kota Tua, tepatnya ada di depan lapangan Kota Tua Jakarta. Nama resmi dari museum ini adalah Museum Sejarah Jakarta.

Baca juga: Menelusuri Kekayaan Budaya di Museum Etnobotani atau Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia

Museum Fatahillah dulunya berfungsi sebagai gedung Balaikota Batavia, karena itu gedung ini memiliki banyak sekali benda-benda yang bersangkutan dengan sejarah perkembangan Kota Jakarta. Beberapa peninggalannya meliputi mabel antik, gerabah, batu prasasti, dan banyak lainnya.

Museum ini buka setiap hari kecuali di hari Senin, mulai dari pukul 09.00 - 15.00 WIB. Harga tiket masuk ke tempat ini hanya Rp. 5.000 untuk dewasa, Rp. 2.000 anak-anak, dan juga Rp. 3.000 untuk mahasiswa.

Museum Bank Indonesia

@diskakurniasari7 Wajib masuk list kalo ke Jakarta ⁉️ 📍Museum Bank Indonesia 5 ribu doang udah bisa nikmatin keliling museum keren ini! #jakarta #kotatuajakarta #museummoment #museumbankindonesia #jelajahjakarta #jakartacity #semarang #wisatasemarang #kotalamasemarang #museumdate #jktplacetogo ♬ suara asli - Ichag8

Untuk sobat pantau yang penasaran dengan sejarah-sejarah uang rupiah, maka tempat ini adalah pilihan paling cocok untuk dikunjungi saat kalian berada di kawasan Kota Tua Jakarta. Dulunya bangunan ini digunakan oleh De Javasche Bank, yang merupakan awal mula dari Bank Indonesia.

Pertama kali dibuka untuk umum sebagai museum pada 15 Desember 2006 oleh Gubernur bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah, sekarang museum ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Memiliki berbagai koleksi perkembangan uang dari masa kolonial, bahkan mempunyai koleksi uang kerajaan di Nusantara. Selain uang, bangunan ini juga ada miniatur Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), atau kongsi dagang mlikbelanda, transformasi logo Bank Indonesia, dan banyak lainnya.

Baca juga: 5 Museum Saksi Sejarah Kemerdekaan RI

Sobat pantau bisa mengunjungi tempat ini pada Hari Selasa-Minggu mulai dari pukul 08.00-15.30 WIB. Museum Bank Indonesia akan tutup pada hari Senin dan juga Libur Nasional. Harga masuknya hanya Rp. 5.000 per orang. Untuk pelajar, mahasiswa, pengunjung rombongan yang sudah mendapat konfirmasi, pegawai BI, dan anak dibawah tiga tahun tidak dipungut biaya.

Museum Wayang

Berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara nomor 27, Pinangsia, Kota Tua, Jakarta Barat. Tempat ini mempunyai lebih dari 4.000 koleksi wayang dari seluruh Indonesia. beberapa koleksi yang ada didalamnya adalah wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber, dan gamelan.

Selain dari tanah air, museum ini juga memamerkan beberapa koleksi yang dari manca negera seperti boneka Inggris, Rusia, Thailand, dan banyak lagi. Di lantai 1 satu tempat ini juga terdapat makan dari Jan Pieterszoon Coen, Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda keempat dan keenam.

Dulunya museum ini berfungsi sebagai gereja. Harga tiket masuk Museum ini hanya sebesar Rp. 5.000 untuk dewasa, Rp. 3.000 untuk pelajar, dan Rp. 2.000 untuk anak-anak.

Baca juga: Menyusuri 5 Museum Saksi Perjuangan Kemerdekaan

Museum Bahari 

Indonesia merupakan negara maritim sehingga memiliki kekayaan bahari, buat kalian yang penasaran dengan ilustrasi dari kekayaan maritim, bisa mengunjungi Museum Bahari yang terletak di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kawasan ini terdiri dari dua bangunan utama yakni Museum Bahari dan Menara Syahbandar. Museum ini memiliki sejarah, dulunya Museum Bahari adalah gudang penyimpan rempah-rempah yang di bangun oleh VOC, dan bangunan ini di bangun secara bertahap di mulai dari 1718 sampai 1774.

Saat mendatangi Museum ini para pengunjung bisa melihat miniatur perahu, hail rempah-rempah dan lain-lain. Untuk masuk ke Museum Bahari kalian hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 5.000 untuk dewasa, Rp 3.000 untuk para pelajar dan mahasiswa, serta Rp 2.000 untuk anak-anak.

Toko Merah

Toko Merah merupakan wisata yang bagus untuk menjadi spot foto. Loksi dari Toko Merah ini terletak di Jalan Kali Besar Barat Nomor 11, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Alasan Toko Merah lebih mencolok dari gedung - gedung sekitarnya, dikarenakan bangunan ini didominasi oleh batu bata yang berwarna merah khas Tionghoa. Bangunan ini didirikan pada tahun 1700, dan memiliki fungsi sebagai rumah dinas Gubernur Jendral Belanda. Toko Merah ini beberapa kali berganti fungsi, sampai pada akhirnya bangunan ini di ambil alih oleh warga Tionghoa di jadikan sebagai toko pada abad ke 20.

Baca juga: Museum Mulawarman jadi Tuan Rumah Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara

Museum Seni Rupa dan Keramik 

Dulunya adalah Gedung kantor Dewan Kehakiman saat pendudukan Jepang sekitar tahun 1944, dan bebrapa kali di ganti fungsinya sampai pada akhirnya di jadikan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik.

Di Museum ini kalian dapat melihat karya seni Lukisan yang  di lukis legendaris dari berbagai seniman. Museum ini meneydiakan sesi belajar membuat keramik dari tanah liat. Untuk mengunjungi Museum ini kalian hanya perlu biaya masuk sebesar Rp5.000 untuk dewasa, Rp3.000 untuk mahasiswa dan Rp2.000 untuk pelajar dan anak-anak.

Jembatan Kota Intan

@museumbi Jembatan paling tua di Indonesia ada di deket Museum BI?! 😱 #yukcaritau #explorejakarta #xyzbca #fypシ ♬ original sound - Museum BI

Sobat pantau bisa menemui jembatan unik bergaya kolonial saat mengelilingi Kota Tua Jakarta, lho! Yaitu Jembatan Kota Intan, yang menjadi salah satu jembatan tertua di Indonesia, bangunan jembatan dengan gaya kolonial ini dibangun pada tahun 1628. Tak hanya bergaya unik, jembatan ini memiliki sisi yang bisa diangkat agar perahu bisa melintas sekaligus mencegah banjir.

Sebelum menyandang nama Jembatan Kota Intan, jembatan yang dibangun sejak pada kolonial ini sudah berganti nama berkali-kali, sebelumnya Jembatan ini diberi nama Engelse Burg (Jembatan Inggris), Hoenderpasarburg (Jembatan Pasar Ayam) dan Het Middelpunt Burg (Jembatan Pusat).

Bangunan ini juga menjadi salah satu tempat yang sering dikunjungi oleh wisatawan lho! Kalian bisa mengunjungi tempat ini tanpa membayar sepeserpun alias gratis!

Baca juga: Mengenal Sejarah Musik Lewat Museum Musik Indonesia

Kawasan Kali Besar

@anak.nangkring Spot Ngelamun Terbaik di Kota Tua Jakarta Kali Besar Kota Tua Pinangsia, Taman Sari, West Jakarta City, Jakarta #river #kotatua #kalibesar #jakarta #jakartabarat #anaknangkring ♬ suara asli - Anak.Nangkring

Tak jauh dari Jembatan Kota Intan, sobat pantau akan menemui Kawasan Kali Besar atau yang kerap dipanggil Kaliber. Saat menginjak Kaliber, sobat pantau dapat merasakan atmosfer kota Eropa dan sungai-sungai di Korea Selatan. Atmosfer yang dirasakan tercipta karena adanya jalur pedestrian terapung yang ditata dengan apik di atas kawasan Kaliber. Selain itu, sobat pantau akan menemui gedung-gedung yang di design dengan tema kolonial yang dipenuhi bunga. 

Dahulu, Kaliber kerap menjadi pintu masuk kapal-kapal perdagangan Belanda dan Eropa. Sejak zaman penjajahan, tempat ini sudah dikenal akan keindahannya. Bahkan kota Batavia dijuluki sebagai Venetie van Java (Venesianya Jawa) dikarenakan keberadaan Kali Besar yang indah.

Untuk sobat pantau yang ingin menikmati Venesianya Jawa, kalian bisa langsung mengunjungi Kaliber tanpa mengeluarkan uang sepeserpun!

Menara Syahbandar

@jakartakotakita Sobat Jakarta, kalian tau gak di mana titik 0 Meredian Batavia atau sekarang yaitu Jakarta? Jawabannya, ada di Menara Syahbandar! Garis nol digunakan sebagai acuan waktu yang benar untuk berlayar. Tinggi menara ini mencapai 18 meter dan saat itu merupakan bangunan tertinggi di Batavia. Bangunan ini dulunya digunakan untuk tempat memantau kapal-kapal yang keluar masuk pelabuhan Sunda Kelapa, sekaligus kantor administrasi masa Hindia Belanda. #menarasyahbandar #museumkebaharianjakarta #museumbahari #sejarahjakarta #titiknolmeridian #dkijakarta #suksesjakartauntukindonesia ♬ original sound - Pemprov DKI Jakarta

Menara Syahbandar atau Uitkijk dibangun pada 1839, menara ini juga menyimpan sejarah di kawasan Kota Tua. Sebelum titik nol kilometer Jakarta dipindahkan ke Monumen Nasional, Menara Syahbandar juga pernah menjadi titik nol kilometer Jakarta.

Baca juga: 3 Museum di Jakarta untuk Bangkitkan Jiwa Nasionalisme

Bangunan ini juga memiliki bentuk yang sedikit miring. Miringnya bangunan dibuat secara sengaja agar pengamatan ke arah laut lebih mudah. Bangunan Syahbandar juga menjadi saksi perkembangan perdagangan di Jakarta.

Sejarah bangunan di Kota Tua Jakarta ternyata menyimpan banyak sejarah yang terjadi di tanah air. Bangunan ini memiliki ciri khas tersendiri dan memiliki harga tiket terjangkau. Selamat menelusuri Kota yang penuh dengan sejarah Indonesia!

Laporan: Keyzia Ilunia Anatatya, Nadiya Eva Amalia, Gita Andini

Penulis :
Latisha Asharani