Pantau Flash
HOME  ⁄  Food & Travel

Pay As Your Trash, Sukses Membuat Korea Selatan Daur Ulang Limbah Makanan

Oleh Annisa Indri Lestari
SHARE   :

Pay As Your Trash, Sukses Membuat Korea Selatan Daur Ulang Limbah Makanan
Foto: Ilustrasi Pay As Your Trash. (Pixabay)

Pantau - Korea Selatan telah memiliki strategi yang efektif untuk menangani masalah sampah makanan. Warga negara tersebut telah terbiasa mendaur ulang sisa makanan sehari-hari dengan sistem yang mempermudah proses tersebut. Sejak 2013, pemerintah Korea Selatan memperkenalkan aturan bernama pay as your trash, yang mengenakan biaya kepada individu sesuai dengan volume sampah yang dibuang.

Melansir laman BBC, pengalaman Yuna Ku, seorang jurnalis yang tinggal di Seoul, diketahui bahwa sistem ini sepertinya mendapat dukungan luas dari masyarakat. Yuna menjelaskan bahwa ia membayar untuk mendaur ulang sisa makanan yang tidak termakan, yang kemudian diproses melalui mesin sensori yang tersedia di lingkungan apartemennya. 

Menurut Yuna, sebagian besar orang mematuhi aturan kategori limbah lainnya seperti aluminium dan plastik. Namun, pemilik usaha seperti restoran dan katering lebih berisiko dikenai denda jika mereka tidak mengikuti prosedur yang ditetapkan.

Di gedung tempat tinggal Yuna, ada peringatan bagi mereka yang melanggar aturan pembuangan sampah, dengan peringatan yang menyatakan bahwa pihak pengelola selalu memantau melalui kamera keamanan. Pelanggaran dapat berakibat pada denda hingga sekitar USD 70 (sekitar Rp 1,09 juta) untuk rumah tangga, dan bisa lebih dari 10 juta won (sekitar Rp 116,2 juta) untuk bisnis.

Sistem ini berhasil membawa Korea Selatan mendaur ulang hampir 100 persen limbah makanan, lebih baik dibandingkan dengan Amerika Serikat. Sebuah studi dari Sistem Pengelolaan Sampah Nasional menunjukkan bahwa sekitar 4,56 juta ton dari sampah makanan diproses setiap tahunnya sejak 2022. Di antara jumlah tersebut, sekitar 4,44 juta ton berhasil didaur ulang, yang berarti sekitar 97,5% dari limbah makanan dapat digunakan kembali untuk kebutuhan lain.

Sebagai perbandingan, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat melaporkan bahwa 60% dari 66 juta ton sampah makanan yang dihasilkan pada tahun 2019 akhirnya berakhir di tempat pembuangan.

Perubahan ini merupakan hasil dari banyak tahun usaha. Pada tahun 1996, Korea Selatan hanya berhasil mendaur ulang 2,6 persen dari sampah makanannya. Perkembangan ekonomi, terutama sejak dekade 1980-an, mulai memunculkan tantangan baru, termasuk pengelolaan limbah.

Penulis :
Annisa Indri Lestari
Editor :
Annisa Indri Lestari