Pantau Flash
HOME  ⁄  Food & Travel

Yueh Hai Ching, Kuil Teochew Tertua di Singapura yang Penuh Sejarah dan Cinta

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Yueh Hai Ching, Kuil Teochew Tertua di Singapura yang Penuh Sejarah dan Cinta
Foto: Kuil Yueh Hai Ching di Singapura (citydays.com)

Pantau - Berlokasi di antara gedung pencakar langit di Raffles Place, Singapura, Kuil Yueh Hai Ching, atau Wak Hai Cheng Bio dalam bahasa Teochew, merupakan kuil Teochew tertua di negara ini. Didirikan pada 1820-an, kuil Tao ini memiliki nilai historis sebagai tempat ibadah bagi komunitas Teochew dan menjadi bagian penting dari Chinatown Clans & Associations Trail. Pada 1996, kuil ini ditetapkan sebagai monumen nasional Singapura karena nilai warisannya.

Kuil ini juga dikenal sebagai "Kuil Cinta" di Singapura. Legenda menyebutkan bahwa banyak individu yang menemukan pasangan hidup mereka setelah berdoa di kuil bersejarah ini.

Sejarah Kuil Yueh Hai Ching

Yueh Hai Ching berakar dari sekitar tahun 1819, ketika kuil ini menjadi tempat persinggahan pertama bagi imigran Teochew yang tiba dari Tiongkok. Awalnya berupa tempat suci sederhana beratap rumbia yang didedikasikan untuk dewi laut Mazu, kuil ini dikenal sebagai "Kuil Laut Tenang", tempat pelaut mengucapkan syukur atas perjalanan yang aman.

Pada 1826, tempat suci ini digantikan oleh kuil yang lebih permanen atas inisiatif Poon Lim. Kuil ini menjadi pusat komunitas bagi warga Teochew yang terus bertambah. Pada 1852-1855, di bawah pengelolaan Seah Eu Chin, seorang pedagang kaya, kuil ini direnovasi menggunakan dana dari komunitas.

Baca juga: Bath Abbey, Landmark Bersejarah dengan Arsitektur Ikonik di Inggris

Dikelola oleh Ngee Ann Kongsi sejak 1845, kuil ini mengalami renovasi besar pada 1995-1997 dan 2011-2014. Restorasi terakhir yang menelan biaya S$7 juta berhasil meraih Penghargaan Warisan Budaya Asia Pasifik UNESCO.

Interior Kuil Yueh Hai Ching

Menempati area seluas 1.440 meter persegi, kuil ini memiliki dua aula utama yang disebut Mah Miu atau Kuil Kembar. Aula Tian Hou Gong didedikasikan untuk Dewi Mazu, sedangkan Shang Di Gong menghormati Xuan Tian Shang Di, dewa pelindung Teochew.

Atap bergaya Teochew menjadi daya tarik utama dengan patung-patung tiga dimensi yang diukir dari kayu, dihias dengan emas, dan dicat. Patung-patung ini menggambarkan adegan tradisional Tiongkok serta makhluk mitologi yang melambangkan kekuatan, keberuntungan, dan umur panjang.

Feng Shui dan Desain Kuil

Kuil ini dirancang sesuai dengan prinsip Feng Shui, dengan arah tenggara untuk memaksimalkan aliran udara segar dan cahaya matahari. Warna-warna yang digunakan juga memiliki makna simbolis dalam ajaran Taoisme. Biru melambangkan langit dan digunakan pada balok serta plakat, kuning untuk kemegahan pada patung, merah melambangkan keberuntungan pada pintu dan atap, serta hijau yang mewakili elemen air pada altar dan dinding.

Baca juga: Pulteney Bridge, Keindahan Arsitektur dan Sejarah yang Menghubungkan Bath

Artefak Budaya

Kuil Yueh Hai Ching kaya akan artefak budaya yang berasal dari masa pendiriannya. Koleksinya meliputi:

  • 19 plakat kuil
  • 11 set pasangan kalimat
  • 2 prasasti batu
  • 1 prasasti perunggu
  • 2 lonceng perunggu
  • 5 balok bertuliskan
  • 2 papan upacara
  • 1 lonceng kayu "awan"

Kuil Cinta di Yueh Hai Ching

Selain tempat ibadah untuk Dewi Mazu dan Xuan Tian Shang Di, kuil ini juga terkenal sebagai lokasi bagi mereka yang mencari cinta dan pernikahan. Para penyembah sering memohon kepada Yue Lao, Dewa Perjodohan dan Cinta, untuk menemukan pasangan hidup mereka. Banyak kisah cinta berawal dari doa di kuil ini, menambah daya tariknya sebagai tempat ziarah bagi umat Tao.

Kisah cinta dari Yueh Hai Ching Temple memberikan sisi romantis yang unik, sekaligus menarik lebih banyak pengunjung untuk merasakan keindahan dan sejarah kuil ini.

Baca juga: Bradbury Building, Ikon Arsitektur Bersejarah di Jantung Downtown Los Angeles

Penulis :
Latisha Asharani