
Pantau – Pemerintah Prefektur Ishikawa, Sabtu (20/1/2024), menyebutkan bahwa 91 dari 100 korban tewas dalam Gempa Bumi Semenanjung Noto disebabkan tertimpa oleh reruntuhan bangunan.
Dikutip dari The Japan News, sejak 15 Januari, pemerintah setempat telah mengumumkan nama-nama korban dan rincian kematian mereka dengan persetujuan keluarga mereka.
Pada Sabtu, terdapat 10 korban diumumkan, sehingga totalnya menjadi 103 orang. Adapun usia korban berkisar antara 3 hingga 97 tahun, dengan 61 orang berusia di atas 70 tahun, sekitar 60%. Terdapat 52 korban laki-laki dan 51 korban perempuan.
Mengenai kondisi beberapa korban meninggal, rincian dari tiga korban tidak diungkapkan karena keinginan keluarga mereka. Dari 100 korban yang masuk dalam daftar, 91 orang meninggal karena runtuhnya bangunan, delapan orang karena tanah longsor, dan satu orang karena tsunami.
Di Wajima, semua 37 korban meninggal karena runtuhnya bangunan, sementara di Suzu, 40 dari 41 korban meninggal karena runtuhnya bangunan dan satu orang karena tsunami. Prefektur menyatakan bahwa penyebab spesifik kematian, seperti tertimpa reruntuhan atau tenggelam, hanya akan diungkapkan jika keluarga korban menginginkannya, dan sejauh ini, tidak ada yang diungkapkan.
Akiyoshi Nishimura dari Universitas Tokushima, yang menyelidiki penyebab kematian dalam Gempa Bumi Besar Hanshin, mengatakan bahwa sebagian besar kematian dikarenakan tewas dalam keadaan lemas usai tertimpa reruntuhan.
"Di wilayah kota Kobe selama Gempa Bumi Besar Hanshin, 53,9% kematian disebabkan oleh mati lemas yang disebabkan oleh runtuhnya bangunan, dan 12,5% disebabkan oleh tertimpa reruntuhan,” kata Akiyoshi.
“Pada Gempa Bumi Semenanjung Noto, banyak korban juga terjebak di bawah bangunan yang runtuh, dan diyakini banyak yang meninggal karena tercekik dan penyebab yang sama, seperti pada Gempa Bumi Besar Hanshin," sambungnya.
- Penulis :
- Abdan Muflih










