
Pantau - Seorang remaja asal Inggris, Axel Rudakubana, pada Senin (20/1/2025), secara tak terduga mengaku bersalah atas tuduhan penikaman tiga bocah gadis di Inggris utara pada Juli 2024, sebuah kejahatan yang mengguncang negara dan diikuti dengan kerusuhan besar-besaran di seluruh negeri.
Baca juga: Kerusuhan di Inggris Meluas Buntut Penikaman Tiga Gadis ABG
Rudakubana, yang berusia 18 tahun, mengubah pleidoi dari tidak bersalah menjadi bersalah pada hari pertama persidangannya di Liverpool Crown Court.
Dia mengaku bersalah atas pembunuhan Bebe King yang berusia 6 tahun, Elsie Dot Stancombe yang berusia 7 tahun, dan Alice Dasilva Aguiar yang berusia 9 tahun.
Ketiga korban berada di acara dansa bertema Taylor Swift untuk anak-anak yang diadakan pada liburan musim panas di kota Southport, pada bulan Juli lalu.
Rudakubana juga mengaku bersalah atas 10 tuduhan percobaan pembunuhan terkait serangan tersebut, serta menghasilkan racun mematikan ricin dan memiliki manual pelatihan al-Qaeda.
Hakim Julian Goose menyatakan, Rudakubana akan dijatuhi hukuman pada hari Kamis, dan hukuman penjara seumur hidup tidak dapat dihindari.
Baca juga: KBRI London Imbau WNI Waspadai Kerusuhan Menyusul Penikaman 3 Gadis ABG
Goose menambahkan, keluarga korban absen saat Rudakubana mengaku bersalah karena pembukaan perkara oleh jaksa dijadwalkan baru pada Selasa (21/1/2025).
Rudakubana, yang saat kejadian berusia 17 tahun, awalnya menolak berbicara saat diminta mengonfirmasi namanya, sebagaimana yang dilakukannya pada sidang-sidang sebelumnya, yang mengakibatkan pleidoi tak bersalah diajukan atas namanya pada Desember 2024.
Namun, setelah berkonsultasi dengan pengacaranya, dia mengonfirmasi dia ingin mengubah pleidoinya. Rudakubana, yang lahir di Inggris, ditangkap tak lama setelah serangan itu terjadi di kota pesisir yang tenang di utara kota Liverpool.
Meski ditemukan manual al-Qaeda, polisi menyatakan kejadian ini tidak dianggap sebagai tindakan terorisme. Pasca-pembunuhan itu, kerusuhan besar terjadi di Southport setelah laporan palsu tersebar di media sosial menyebutkan, pelaku diduga seorang migran Muslim radikal.
Kerusuhan itu lalu menyebar ke seluruh Inggris dengan serangan terhadap masjid dan hotel yang menampung pencari suaka. Perdana Menteri (PM) Inggris, Keir Starmer menyalahkan kerusuhan tersebut pada aksi kekerasan kelompok sayap kanan. Lebih dari 1.500 orang ditangkap.
Sumber: Reuters
- Penulis :
- Khalied Malvino