billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Dari Ilmuwan Top AS ke Pahlawan Nasional China: Warisan Qian Xuesen dalam Sains dan Politik Global

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Dari Ilmuwan Top AS ke Pahlawan Nasional China: Warisan Qian Xuesen dalam Sains dan Politik Global
Foto: Kisah Qian Xuesen: Ilmuwan China yang Dideportasi AS dan Mengubah Sejarah Luar Angkasa(Sumber: Dokumentasi Istimewah)

Pantau - Di Shanghai, China, berdiri sebuah museum yang menyimpan lebih dari 70.000 artefak untuk mengenang Qian Xuesen, ilmuwan yang dijuluki "ilmuwan rakyat" dan dikenal sebagai bapak program luar angkasa dan rudal China.

Qian memainkan peran penting dalam pengembangan roket peluncur satelit dan sistem persenjataan nuklir China, menjadikannya pahlawan nasional.

Ironisnya, meski pernah belajar dan bekerja di Amerika Serikat selama lebih dari satu dekade, kontribusinya nyaris tak dikenang di negara itu.

Kisah Qian kembali mencuat di tengah kebijakan imigrasi Presiden AS Donald Trump, termasuk pencabutan visa pelajar China yang dianggap terkait Partai Komunis atau bidang sensitif.

Dituduh Komunis, Dideportasi, dan Membentuk Masa Depan Teknologi China

Qian lahir pada 1911 dan mendapat beasiswa ke MIT sebelum melanjutkan studi di Caltech, di bawah bimbingan Theodore von Karman.

Ia kemudian bekerja di tim "Suicide Squad", kelompok ilmuwan pionir roket, dan turut mendirikan Laboratorium Propulsi Jet (JPL), proyek penting yang didanai militer AS.

Sebagai penasihat ilmiah pemerintah AS, Qian memiliki akses keamanan tinggi hingga pada 1949, pasca revolusi komunis di China, FBI menuduhnya sebagai ancaman nasional.

Tuduhan tersebut berdasar dugaan keikutsertaannya dalam pertemuan sosial yang dihubungkan dengan Partai Komunis, tanpa bukti nyata bahwa ia adalah agen China.

Qian kemudian kehilangan izin keamanan dan ditahan dalam tahanan rumah selama lima tahun.

Pada 1955, Presiden Dwight D. Eisenhower mendeportasinya ke China, meskipun rekan-rekannya, termasuk von Karman, membelanya.

Ilmuwan yang Dibentuk Amerika, Diabaikan Amerika

Setibanya di China, Qian sempat dicurigai oleh Partai Komunis, namun akhirnya diterima dan resmi bergabung pada 1958.

Ia memimpin peluncuran satelit pertama China pada 1970, mendirikan dasar Program Eksplorasi Bulan China, dan melatih generasi ilmuwan baru.

Rudal-rudal hasil pengembangannya, seperti Silkworm, digunakan dalam konflik melawan AS, termasuk Perang Teluk dan insiden USS Mason pada 2016.

Mantan Sekretaris Angkatan Laut AS, Dan Kimball, menyebut deportasi Qian sebagai "kesalahan terbesar" yang pernah dilakukan AS.

Qian tidak pernah kembali ke AS dan meninggal dunia pada 2009.

Pada 2019, wahana China mendarat di Kawah Von Karman di sisi jauh Bulan—lokasi yang dinamai dari mentornya di AS—sebagai penghormatan simbolis.

Pelajaran dari Masa Lalu: Ketika Ilmu Pengetahuan Jadi Korban Ketakutan Politik

Kisah Qian menjadi cermin dan peringatan: saat ketakutan ideologis menyingkirkan ilmu pengetahuan, konsekuensinya bisa bertahan selama puluhan tahun.

Sejarah program luar angkasa AS dibangun oleh para imigran dari latar belakang beragam, termasuk Yahudi sosialis dan ilmuwan Asia.

Namun, warisan seperti Qian sering kali diabaikan dibandingkan tokoh-tokoh seperti Werner von Braun, ilmuwan Nazi yang direkrut AS.

Ketegangan China-AS kini berpusat pada teknologi dan keamanan, bukan lagi ideologi.

Tetapi sejarah Qian Xuesen menunjukkan bahwa siapa pun yang menyia-nyiakan ilmu dan ilmuwan, akan kehilangan masa depan yang sedang mereka bentuk.

Penulis :
Balian Godfrey
FLOII Event 2025

Terpopuler