
Pantau - Pemerintah Malaysia menyatakan keprihatinan mendalam atas penahanan awak kapal Madleen oleh otoritas Israel yang tengah menjalankan misi kemanusiaan damai menuju Gaza.
Kapal Madleen diketahui menjalankan misi untuk membuka jalur pengiriman bantuan bagi masyarakat Gaza yang mengalami krisis kemanusiaan akibat blokade tidak manusiawi oleh rezim zionis Israel.
Kementerian Luar Negeri Malaysia menegaskan bahwa bantuan tersebut sangat dibutuhkan, terutama oleh kelompok rentan seperti anak-anak, wanita, dan orang lanjut usia.
Blokade berkepanjangan itu telah menyebabkan kelaparan massal dan penderitaan yang parah di wilayah Gaza.
Menurut pernyataan Wisma Putra, tindakan Israel mencegat kapal Madleen merupakan bentuk kekejaman yang disengaja untuk menghalangi bantuan kemanusiaan internasional.
Malaysia menyebut tindakan tersebut sebagai tirani keji yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan universal.
Pemerintah Malaysia menyerukan agar masyarakat internasional bersatu melawan pelanggaran terhadap prinsip keadilan, martabat, dan hak asasi manusia yang terus dilakukan Israel.
Malaysia juga mendesak agar blokade terhadap Gaza segera diakhiri dan akses terhadap bantuan kemanusiaan dibuka selebar-lebarnya tanpa hambatan.
Sebelumnya dilaporkan bahwa kapal Madleen telah dicegat pasukan Israel dan kemudian dibawa ke Pelabuhan Ashdod pada Senin, 9 Juni 2025.
Semua relawan yang berada di atas kapal ditangkap oleh otoritas Israel, termasuk aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg.
Kapal Madleen berangkat dari pelabuhan Catania, Sisilia, Italia, pada Minggu, 1 Juni 2025, membawa total 12 aktivis dari berbagai negara.
Aktivis yang tergabung berasal dari Swedia, Jerman, Prancis, Brazil, Turki, Spanyol, dan Belanda.
Kapal sempat dilaporkan hilang kontak pada Minggu malam, 8 Juni 2025, dan dijadwalkan tiba di Gaza pada Senin pagi.
- Penulis :
- Balian Godfrey
- Editor :
- Balian Godfrey










