Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Peneliti Australia Temukan Kaitan Sistem Pembersih Otak dengan Alzheimer, Buka Jalan bagi Terapi Dini

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Peneliti Australia Temukan Kaitan Sistem Pembersih Otak dengan Alzheimer, Buka Jalan bagi Terapi Dini
Foto: Peneliti Australia Temukan Kaitan Sistem Pembersih Otak dengan Alzheimer, Buka Jalan bagi Terapi Dini(Sumber: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nym.)

Pantau - Tim ilmuwan dari Universitas Queensland (UQ), Australia, menemukan hubungan penting antara sistem pembersihan limbah otak dan kerusakan saraf awal pada penyakit Alzheimer, membuka peluang baru untuk diagnosis dan intervensi dini.

Penemuan ini diumumkan pada Rabu, 25 Juni 2025, dan hasil studi telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications.

Neuron Kunci Alzheimer Terkait Aliran Pembersih Otak

Penelitian menunjukkan bahwa neuron-neuron yang pertama kali terdampak Alzheimer memiliki fungsi mengendalikan aliran cairan yang membersihkan limbah otak.

Ketika neuron-neuron ini melemah, sistem pembuangan terganggu, menyebabkan penumpukan limbah beracun yang dapat memicu timbulnya Alzheimer.

Studi yang berlangsung selama lima tahun ini melibatkan 25 partisipan berusia 60 hingga 90 tahun, termasuk 10 orang dengan gangguan kognitif ringan, serta menggunakan model hewan.

Obat Alzheimer yang ada saat ini diketahui mampu memulihkan aliran cairan pembersih otak secara parsial, mengindikasikan bahwa terapi lebih awal berpotensi memperlambat laju progresi penyakit.

Tantang Pemahaman Lama, Targetkan Kerusakan Sejak Dini

Peneliti utama Prof. Elizabeth Coulson dari Fakultas Ilmu Biomedis dan Institut Otak Queensland menyampaikan bahwa proses pembersihan toksin oleh neuron aktif terjadi saat seseorang terjaga, bukan hanya saat tidur seperti yang selama ini diyakini.

“Temuan ini menantang gagasan umum bahwa pembersihan otak hanya terjadi saat tidur,” jelas Coulson.

Penelitian ini melanjutkan proyek Coulson selama 20 tahun yang sebelumnya mengaitkan apnea tidur dengan kerusakan otak mirip Alzheimer dan mengidentifikasi reseptor p75NTR sebagai pemicu kematian sel saraf.

Saat ini, timnya tengah mengembangkan obat yang menarget langsung reseptor p75 untuk mencegah kerusakan neuron sejak awal, bukan sekadar mengobati gejala.

“Jika berhasil, itu akan menjadi terobosan dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan ribuan nyawa,” ujarnya.

Sementara itu, kolaborator studi Xia Ying dari Fakultas Ilmu Biomedis UQ juga tengah meneliti efektivitas pemberian obat Alzheimer pada fase sangat awal penyakit untuk melihat dampaknya terhadap perlambatan kerusakan otak.

Penulis :
Ahmad Yusuf