
Pantau - Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mendesak Israel agar segera membuka akses masuk ke Jalur Gaza demi menyalurkan bantuan kemanusiaan yang telah tertahan berbulan-bulan di perbatasan.
Bantuan Siap Didistribusikan, Akses Masih Diblokir
UNRWA menyatakan bahwa mereka memiliki cukup pasokan makanan untuk memenuhi kebutuhan seluruh populasi Gaza selama tiga bulan.
Namun, bantuan tersebut masih tertahan di gudang penyimpanan, termasuk di wilayah Al Arish, Mesir, karena belum mendapatkan izin masuk dari pemerintah Israel.
Meski sistem logistik dan distribusi telah siap sepenuhnya, UNRWA menyebut bahwa akses masuk ke Gaza masih diblokir oleh otoritas Israel.
Lembaga ini menyerukan secara langsung agar Israel segera membuka jalur bantuan, mengakhiri pengepungan, dan mengizinkan mereka menjalankan mandat kemanusiaan untuk membantu lebih dari dua juta warga Gaza, termasuk satu juta anak-anak.
Blokade dan Penunjukan GHF Tuai Kritik
Sejak 2 Maret 2025, militer Israel memberlakukan blokade total terhadap Gaza yang memutus seluruh jalur pasokan makanan, obat-obatan, dan bantuan lainnya.
Situasi ini menyebabkan krisis kemanusiaan yang makin parah di wilayah tersebut.
Menurut UNRWA, sudah hampir 59.000 warga Palestina di Gaza tewas akibat agresi militer Israel, dengan mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak.
Pada akhir Mei 2025, Israel mulai mengizinkan sebagian kecil bantuan masuk, tetapi distribusi dilakukan melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza (Gaza Humanitarian Foundation/GHF), bukan melalui UNRWA.
Penunjukan GHF sebagai pengelola bantuan kemanusiaan memicu kontroversi, karena lembaga tersebut dinilai tidak memiliki legitimasi dan telah terlibat dalam sejumlah insiden yang menyebabkan ratusan warga Gaza tewas di pusat-pusat distribusi.
UNRWA kembali menegaskan bahwa distribusi bantuan harus dijalankan oleh badan yang memiliki pengalaman dan pengakuan internasional, bukan lembaga yang bermasalah secara operasional maupun etik.
- Penulis :
- Aditya Yohan