Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Hadapi Krisis Iklim, Peternak Lebah di Turki Andalkan Apitourism untuk Bertahan dan Edukasi Publik

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Hadapi Krisis Iklim, Peternak Lebah di Turki Andalkan Apitourism untuk Bertahan dan Edukasi Publik
Foto: (Sumber: Lebah-lebah di sebuah peternakan lebah di distrik Golbasi, Ankara, Turki, pada 31 July 2025. (Xinhua/Mustafa Kaya))

Pantau - Di Lalapasa, Provinsi Edirne, Turki barat laut, peternak lebah Nuri Danisman mengembangkan wisata lebah atau apitourism sebagai upaya inovatif untuk mempertahankan usaha peternakan lebah di tengah ancaman perubahan iklim.

Melalui program ini, Danisman mengajak wisatawan mengunjungi sarang lebah dan mencicipi madu lavender yang ia produksi secara ramah lingkungan.

" Kami memproduksi madu lavender berkualitas tinggi dan berbagi pengalaman unik kami dengan para tamu dengan cara yang ramah lingkungan melalui pariwisata lebah", ungkap Danisman.
"Para wisatawan benar-benar menikmati tur kami di ladang lavender dan sekitar lokasi produksi madu kami", tambahnya.

Krisis Iklim dan Ancaman terhadap Kelangsungan Koloni

Sektor peternakan lebah merupakan bagian penting dari ekonomi nasional Turki, dengan hampir 9 juta sarang lebah, sekitar 98.000 perusahaan terdaftar, dan produksi madu mencapai sekitar 100.000 ton per tahun.

Namun, peternak lebah kini menghadapi tantangan serius akibat krisis iklim seperti kekeringan, mekarnya bunga yang tidak teratur, dan suhu ekstrem yang mengganggu aliran nektar bagi lebah.

Burak Yalcin, peternak lebah generasi kedua dari Provinsi Sivas, menyampaikan,
"Setiap tahun, bunga mekar lebih awal atau lebih lambat, dan hujan datang pada waktu yang tidak seharusnya. Lebah-lebah kami tidak bisa bertahan."
"Kami terus kehilangan koloni setiap musim sekarang."

Selain perubahan iklim, penggunaan pestisida dan serangan parasit juga memperparah penurunan populasi lebah.

Diversifikasi Usaha Melalui Pariwisata dan Produk Bernilai Tambah

Untuk menanggapi situasi ini, Kementerian Pertanian Turki mulai mendorong diversifikasi usaha lebah sejak Juli 2025, termasuk melalui pertanian organik, pengendalian penyakit, dan pengembangan produk seperti royal jelly, propolis, dan racun lebah.

Apitourism dinilai menjadi solusi potensial untuk mempertahankan kelangsungan ekonomi para peternak lebah.

"Kami berencana membuka sarang lebah kami untuk kelompok tur kecil. Orang-orang penasaran. Mereka senang melihat lebah bekerja", ujar Yalcin.
"Hal ini mungkin bisa mendatangkan sedikit uang dan membantu meningkatkan kesadaran tentang betapa pentingnya lebah. Di dunia yang menghadapi tekanan iklim, petani tidak lagi dapat mengandalkan satu sumber penghasilan saja. Pariwisata membangun ketahanan", tambahnya.

Edukasi Wisatawan dan Harapan dari Keanekaragaman Alam

Bulent Bacioglu, Kepala Asosiasi Promosi dan Pariwisata Edirne, menjelaskan bahwa wisatawan dalam program apitourism dapat bertemu langsung dengan peternak lebah, menjelajahi sarang lebah tradisional, mencicipi berbagai jenis madu, hingga mencoba apitherapy—pengobatan berbasis produk lebah.

Ia menilai bahwa model “pariwisata hijau” ini mampu menghidupkan kembali kawasan pedesaan dan mengedukasi publik akan pentingnya pelestarian lingkungan.

Meski tekanan iklim terus meningkat, Turki masih memiliki keunggulan geografis berupa keanekaragaman hayati, padang rumput pegunungan, dan hutan pinus yang menjadi harapan bagi keberlanjutan peternakan lebah.

"Kita masih memiliki begitu banyak yang bisa ditawarkan ... Jika kita merawat lingkungan kita dan terus beradaptasi, peternakan lebah dapat terus berkembang", tutup Danisman.

Penulis :
Aditya Yohan