billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

China Kecam Serangan Israel terhadap Jurnalis dan Tenaga Medis di Gaza, Desak Gencatan Senjata Segera

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

China Kecam Serangan Israel terhadap Jurnalis dan Tenaga Medis di Gaza, Desak Gencatan Senjata Segera
Foto: (Sumber: Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing (ANTARA/Desca Lidya Natalia))

Pantau - Pemerintah China mengecam keras serangan militer Israel terhadap jurnalis dan tenaga medis di Gaza yang terjadi pada Senin (25/8) dan menewaskan sedikitnya 20 orang di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, Gaza selatan.

" Kami terkejut dengan kematian tragis tenaga medis dan jurnalis sekali lagi dalam konflik Gaza. Kami mengecam serangan tersebut, berduka untuk korban, dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (26/8).

Lima jurnalis dari media internasional seperti Associated Press, Reuters, Al Jazeera, dan Middle East Eye turut menjadi korban dalam insiden tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mencatat bahwa empat tenaga medis tewas akibat serangan tersebut.

Rekaman video dari salah satu stasiun televisi menunjukkan bahwa serangan kedua Israel menyasar tim penyelamat yang datang setelah serangan pertama, menimbulkan kecaman lebih luas.

China Desak Israel Hentikan Serangan dan Pulihkan Akses Kemanusiaan

Guo Jiakun menegaskan bahwa China terus memantau perkembangan situasi di Gaza dan menentang semua tindakan yang merugikan warga sipil, merusak fasilitas sipil, serta melanggar hukum internasional, termasuk kekerasan terhadap jurnalis.

China juga mendesak Israel untuk segera menghentikan operasi militernya dan mewujudkan gencatan senjata secara penuh dan berkelanjutan.

"Israel juga harus memulihkan akses penuh terhadap pasokan kemanusiaan, menghindari krisis kemanusiaan yang lebih besar, dan menenangkan situasi secepatnya," tegas Guo.

Serangan di Rumah Sakit Nasser terjadi dua pekan setelah enam jurnalis — empat di antaranya dari Al Jazeera — tewas dalam serangan Israel di Rumah Sakit al-Shifa, Kota Gaza.

Insiden ini mengundang kecaman internasional.

"Pembunuhan mengerikan terbaru ini menyoroti risiko besar yang dihadapi tenaga medis dan jurnalis saat mereka menjalankan tugas penting di tengah konflik brutal ini," ujar Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, turut menyatakan ketidaksenangannya terhadap insiden tersebut.

"Saya tidak senang dengan itu. Saya tidak ingin melihat hal seperti itu," ujarnya.

Asosiasi Pers Asing (FPA) menyebut serangan ini sebagai "serangan paling mematikan terhadap jurnalis internasional sejak perang Gaza dimulai."

FPA juga menuduh Israel terus menghalangi akses independen jurnalis internasional ke Gaza dan menyatakan terlalu banyak jurnalis tewas tanpa alasan yang dapat dibenarkan.

Korban Terus Bertambah, Israel Dikecam di Forum Internasional

Sejak perang dimulai pada Oktober 2023, sekitar 200 jurnalis dilaporkan tewas di Gaza.

Israel hingga kini masih melarang jurnalis internasional untuk masuk ke Jalur Gaza secara mandiri.

Lebih dari 62.700 warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan Israel sejak awal konflik.

Selain itu, blokade bantuan kemanusiaan yang dilakukan Israel menyebabkan bencana kelaparan dan kehancuran infrastruktur di seluruh wilayah Gaza.

Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas agresinya di wilayah Gaza.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Tria Dianti