Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Jurnalis ASEAN Kunjungi Tiongkok: Teknologi AI dan Inklusi Sosial Tunjukkan Wajah Baru Pembangunan Digital

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Jurnalis ASEAN Kunjungi Tiongkok: Teknologi AI dan Inklusi Sosial Tunjukkan Wajah Baru Pembangunan Digital
Foto: (Sumber: Foto yang diabadikan pada 25 September 2025 ini menunjukkan Olivia Ferari Nurul Fazri, jurnalis Rajawali TV asal Indonesia, sedang mengunjungi Pameran Perdagangan Digital Global (Global Digital Trade Expo) keempat di China dan merekam video berita untuk media tempatnya bekerja. (Xinhua/Liu Ziyi))

Pantau - Jurnalis dan akademisi dari Malaysia, Indonesia, Laos, Vietnam, dan Myanmar mengikuti program kunjungan bertema Layanan Digital untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat ke Provinsi Zhejiang, Tiongkok Timur, pada 23–29 September 2025.

Kegiatan ini mencakup kunjungan ke kota Hangzhou, Jinhua, dan Huzhou untuk mengamati langsung pemanfaatan teknologi digital dalam mendukung layanan publik dan pemberdayaan masyarakat.

Di Yiwu International Trade City, jurnalis Rajawali TV asal Indonesia, Olivia Ferari Nurul Fazri, mencoba perangkat penerjemahan berbasis AI saat berbelanja.

"Ni hao, berapa harga hair dryer ini?" tanyanya, lalu dijawab, "Harga grosirnya 48 yuan." Ia menambahkan, "Perangkat penerjemahan (berbasis) AI ini sangat menarik, orang dari berbagai negara dapat berbelanja di sini menggunakan bahasa ibu masing-masing."

Teknologi AI Jadi Tulang Punggung Perdagangan dan Inklusi

Yiwu telah mengintegrasikan berbagai teknologi berbasis AI dalam aktivitas perdagangan, termasuk perangkat penerjemahan multibahasa, kacamata AI, earphone dengan penerjemahan real-time, hingga jam tangan cerdas yang bisa menjawab pertanyaan secara langsung.

Pada 2024, kota ini meluncurkan model bahasa besar khusus perdagangan dan versi terbaru platform Chinagoods AI, yang mendukung video promosi berbahasa Mandarin dan menerjemahkannya otomatis ke lebih dari 30 bahasa.

Platform ini membantu pedagang menjangkau pelanggan global dan mengelola pesanan secara digital.

Yiwu International Trade City saat ini menampung lebih dari 75.000 toko dan menjual lebih dari 2,1 juta jenis barang.

Menurut COO Asian Fame Media Myanmar, Thet Wai San, Yiwu juga memasok barang ke jaringan supermarket besar Myanmar, seperti City Mart, dan menciptakan kesempatan yang setara bagi pelaku usaha global.

Inklusi Sosial dan Transformasi Lingkungan Jadi Sorotan

Di kota kuno Nanxun, Huzhou, para peserta menyaksikan seniman disabilitas Gui Xiaofeng yang melukis menggunakan kakinya.

Gui mendapat dukungan dari Federasi Penyandang Disabilitas Zhejiang untuk belajar seni, membuka studio, dan melatih lebih dari 100 anak dari keluarga miskin dan penyandang disabilitas.

Roy Anthony Rogers dari Universiti Malaya menyampaikan kesannya terhadap inklusi sosial yang ia saksikan di Tiongkok.

"Para penyandang disabilitas ini tidak ditinggalkan oleh masyarakat, tetapi diberikan peran yang tepat sehingga dapat menunjukkan kemampuannya dan hidup mandiri," ujarnya.

"Saya melihat inklusivitas di China, setiap orang memperoleh kesempatan kerja, hal itu bagian penting dari hak asasi manusia," tambahnya.

Roy yang pertama kali mengunjungi Tiongkok pada 1995 juga menyatakan bahwa ia melihat perubahan signifikan dalam hal infrastruktur, taraf hidup, dan kemajuan teknologi seperti robot inspeksi yang mendukung keselamatan kerja.

"Kami menyaksikan langsung proses digitalisasi di China, tidak hanya dalam perkembangan robot dan AI, tetapi juga dalam pembangunan sistem medis, layanan perdagangan, dan pelestarian budaya," ungkapnya.

Yucun: Desa Tambang yang Kini Menjadi Ikon Pariwisata Hijau

Para peserta juga mengunjungi perpustakaan Yucun Impression di Desa Yucun, Anji, Huzhou. Gedung ini merupakan bangunan nol karbon dengan sistem tenaga surya dan sertifikasi platinum tingkat domestik dan internasional.

Dahulu Yucun merupakan desa tambang yang rusak akibat eksploitasi berlebih.

Kini, desa tersebut telah bertransformasi menjadi kawasan hijau dengan danau, tempat berkemah, homestay, kafe, dan destinasi wisata ramah lingkungan.

Selama 20 tahun transformasi, Yucun berhasil menarik 1,22 juta wisatawan pada tahun 2024, menghasilkan pendapatan kolektif desa sebesar 22,05 juta yuan, dan meningkatkan pendapatan per kapita warga menjadi 74.000 yuan.

"Lewat kerja sama pemerintah daerah dan warga, Yucun tidak hanya memulihkan lingkungan, tetapi juga mengembangkan industri pariwisata ramah lingkungan. Ini sangat menggembirakan," kata seorang peserta kunjungan.

"Yucun dapat memelihara lingkungan alam sekaligus mengembangkan pariwisata demi kesejahteraan masyarakat. Model pembangunan ini sangat layak untuk ditiru," tambahnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf