
Pantau - Pemimpin Hamas, Mohammed Nazzal, menyatakan bahwa pihaknya tengah membahas rencana gencatan senjata yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan akan segera memberikan tanggapan resmi.
Hamas Konsultasikan Rencana dengan Berbagai Pihak Palestina
Dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera di Doha pada Kamis malam, Nazzal menyebut bahwa Hamas membahas rencana tersebut dengan seksama meskipun ada banyak keberatan.
“Hamas sedang membahas rencana tersebut dengan seksama, terlepas dari banyaknya keberatan yang kami miliki,” ujar Nazzal.
Ia menekankan bahwa Hamas serius dalam mencari kesepahaman dan menolak keputusan yang diambil di bawah tekanan atau ancaman.
Menurutnya, konsultasi telah dilakukan baik secara internal maupun eksternal bersama faksi-faksi Palestina, tokoh-tokoh independen, dan para mediator.
Ia menegaskan bahwa tanggapan akhir Hamas akan didasarkan pada kepentingan rakyat Palestina serta prinsip-prinsip strategis perjuangan nasional mereka.
Rencana Trump Soroti Gencatan Senjata, Transisi Politik, dan Perlindungan Sipil
Rencana gencatan senjata yang diumumkan oleh Gedung Putih pada 29 September mencakup sejumlah poin utama, antara lain:
- Gencatan senjata segera di Gaza
- Program rekonstruksi dan reorganisasi politik serta keamanan di wilayah tersebut
- Gaza dijadikan wilayah bebas senjata
Pembentukan pemerintahan transisional yang akan diawasi langsung oleh Presiden Trump melalui badan internasional baru
Rencana itu juga mengatur pembebasan seluruh sandera Israel yang ditahan oleh Hamas dalam waktu 72 jam, dengan imbalan pembebasan ratusan tahanan Palestina dari penjara Israel.
Ketentuan lainnya mencakup penghentian permusuhan, perlucutan senjata kelompok perlawanan Palestina, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza.
Transisi politik akan ditangani oleh otoritas teknokratis di bawah pengawasan badan internasional yang dipimpin langsung oleh Amerika Serikat.
Trump menyatakan bahwa Hamas diberi waktu “tiga atau empat hari” untuk memberikan tanggapan resmi terhadap rencana tersebut.
Krisis Kemanusiaan Gaza Terus Memburuk
Sejak eskalasi konflik pada Oktober 2023, serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 66.200 warga Palestina.
Sebagian besar korban dilaporkan merupakan perempuan dan anak-anak.
PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia telah berulang kali memperingatkan bahwa kondisi di Gaza sudah tidak lagi layak huni.
Kelaparan dan penyakit terus menyebar dengan cepat, memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah yang terkepung tersebut.
- Penulis :
- Aditya Yohan