
Pantau - Hamas pada Sabtu, 18 Oktober 2025, menyatakan bahwa keputusan Israel untuk terus menutup perlintasan Rafah akan menghambat proses pemulihan dan penyerahan jasad para sandera Israel yang tewas di Gaza.
Organisasi tersebut menyebut keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai "pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata dan penolakan terhadap komitmen yang dibuatnya di hadapan para mediator dan pihak-pihak penjamin," ungkap Hamas dalam pernyataan resminya.
Israel Terima Tiga Jasad Sandera, Gencatan Senjata Terancam
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Sabtu pagi mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima jasad sandera Israel ke-10 yang meninggal dunia di Gaza.
Pada Sabtu malam, IDF kembali menyatakan menerima dua jasad tambahan dari para sandera Israel yang tewas.
Gencatan senjata antara Hamas dan Israel dimulai pada 10 Oktober 2025, melalui mediasi Mesir, Qatar, Turki, dan Amerika Serikat.
Tahap pertama gencatan senjata mencakup pertukaran tahanan dan tawanan, penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, serta penarikan sebagian pasukan Israel.
Namun, keputusan Israel untuk tetap menutup perlintasan Rafah menimbulkan kekhawatiran akan kelanjutan implementasi kesepakatan tersebut.
Rafah Masih Tertutup, Palestina Desak Pembukaan Dua Arah
Kedutaan Besar Palestina di Kairo menyatakan bahwa perlintasan Rafah direncanakan dibuka kembali pada Senin, 20 Oktober 2025, bagi warga Palestina di Mesir yang ingin kembali ke Jalur Gaza.
Sumber Palestina mengonfirmasi bahwa pembukaan tersebut akan dilakukan dua arah, memungkinkan pergerakan warga sipil serta pengiriman bantuan kemanusiaan.
Pada tahap awal gencatan senjata, Israel seharusnya mengizinkan sekitar 50 warga Palestina yang terluka beserta pendampingnya melintas setiap hari melalui perlintasan Rafah.
Namun, kantor Perdana Menteri Netanyahu mengumumkan bahwa Rafah tidak akan dibuka hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Pemerintah Israel menyatakan bahwa pembukaan perlintasan hanya akan dipertimbangkan berdasarkan sejauh mana Hamas melaksanakan kewajibannya dalam kesepakatan, khususnya terkait pemulangan jasad sandera dan pelaksanaan kerangka kerja yang telah disepakati.
Sementara itu, otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa sejak 7 Oktober 2023, operasi militer Israel telah menewaskan 68.116 warga Palestina dan melukai 170.200 lainnya.
Sejak dimulainya gencatan senjata pada 11 Oktober 2025, tercatat 27 warga Gaza tewas dan 143 lainnya terluka.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf