Pantau - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah utara Jalur Gaza masih menghadapi hambatan besar, meskipun gencatan senjata telah berlangsung selama lebih dari 10 hari sejak dimulai pada 10 Oktober 2025.
Perlintasan Masih Tertutup, Akses ke Utara Gaza Terbatas
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), sejak gencatan senjata diberlakukan, terdapat kemajuan dalam penyaluran bantuan di wilayah tengah dan selatan Gaza.
Namun, penutupan perlintasan perbatasan Zikim dan Erez, yang menjadi akses utama ke wilayah utara, membuat bantuan vital sulit menjangkau masyarakat di sana.
Pada saat yang sama, lebih dari 425.000 pergerakan penduduk dari wilayah selatan ke utara Gaza tercatat sejak 10 Oktober, menurut mitra-mitra PBB yang memantau mobilitas warga di lapangan.
Hal ini menambah tekanan atas keterbatasan akses bantuan ke kawasan yang kembali padat penduduk.
Bantuan Masih Jauh dari Cukup, Enam dari Sepuluh Misi Berhasil
Wakil Direktur Eksekutif Dana Kependudukan PBB, Andrew Saberton, yang baru saja kembali dari Gaza, menyampaikan bahwa pihaknya telah mendistribusikan pasokan medis penting seperti:
- Inkubator
- Ranjang bersalin
- Mesin pemantau janin
Bantuan ini sebelumnya telah ditempatkan di dalam wilayah Gaza dan telah dikirim ke rumah sakit.
Namun, Saberton menegaskan, “Sedikitnya bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza setelah gencatan senjata masih jauh dari cukup.”
Pada Selasa, 21 Oktober, dari 10 misi kemanusiaan yang dikoordinasikan dengan otoritas Israel, hanya enam misi yang berhasil difasilitasi, termasuk misi pengumpulan:
- Tangki air
- Peralatan kebersihan
- Bahan bakar
OCHA menegaskan bahwa tantangan untuk menyalurkan bantuan secara efektif ke utara Gaza masih sangat besar, bahkan setelah kesepakatan gencatan senjata berlangsung.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
