
Pantau - Hampir 25 juta orang atau lebih dari 20 persen populasi di Republik Demokratik Kongo saat ini menghadapi tingkat kerawanan pangan akut, menurut juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric.
Dalam taklimat harian, Dujarric menyampaikan bahwa jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi hampir 27 juta orang pada paruh pertama tahun 2026 berdasarkan analisis terbaru dari Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu.
Kondisi paling parah terjadi di wilayah timur Kongo, terutama di Beni dan Lubero di Provinsi Kivu Utara, serta Provinsi Ituri.
Konflik dan Kekerasan Perburuk Kondisi Kemanusiaan
Sejak awal tahun 2025, lebih dari 1.000 orang dilaporkan tewas di Kivu Utara dan Ituri akibat kekerasan bersenjata.
Enam fasilitas kesehatan juga diserang sepanjang tahun 2025, dengan total 28 fasilitas terdampak sejak tahun 2024.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyerukan semua pihak yang terlibat agar mematuhi hukum humaniter internasional dan melindungi warga sipil serta infrastruktur sipil.
Situasi keamanan di bagian timur memburuk sejak Januari 2025 karena pertempuran antara militer pemerintah dan kelompok pemberontak Gerakan 23 Maret (M23).
Kelompok M23 telah merebut sejumlah kota besar, termasuk Goma dan Bukavu, yang memicu gelombang pengungsian massal.
Kekerasan yang terus meningkat memperburuk krisis kemanusiaan yang telah lama melanda wilayah tersebut dan semakin mempersulit akses terhadap bantuan pangan dan layanan dasar.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf







