
Pantau - Israel dilaporkan sedang mempercepat upaya untuk menciptakan kondisi baru di Jalur Gaza sebelum pasukan stabilisasi internasional tiba. Tujuannya adalah untuk memastikan posisi taktis dan politik yang lebih menguntungkan sebelum kehadiran pasukan asing membatasi ruang gerak militernya.
Menurut harian Yedioth Ahronoth, langkah ini dilakukan karena Tel Aviv menyadari bahwa “Israel berlomba menciptakan kondisi di lapangan sebelum pasukan asing tiba karena respons terhadap pelanggaran akan lebih sensitif setelah pasukan internasional hadir”.
Israel disebut tengah menerapkan model Lebanon di Gaza, di mana operasi militer menjadi terbatas setelah pasukan asing dikerahkan. Namun, laporan menyebut bahwa situasi Gaza jauh lebih kompleks dan tidak sepenuhnya sebanding dengan Lebanon.
Sejak diberlakukannya gencatan senjata pada 10 Oktober, militer Israel telah menewaskan sedikitnya 342 warga Palestina dan melukai 875 orang lainnya di Gaza.
Laporan tersebut juga mencatat adanya tekanan dari Amerika Serikat, yang “ingin bergerak ke fase kedua dari kerangka gencatan senjata”. Namun Israel menolak karena “Hamas gagal mengembalikan jenazah tiga sandera yang tewas”.
Hingga saat ini, Hamas telah membebaskan 20 sandera Israel dalam kondisi hidup, serta menyerahkan 27 dari 28 jenazah yang diklaim sebagian besar merupakan warga Israel. Namun Israel menyatakan bahwa “satu jenazah yang diterima tidak sesuai” dengan daftar sandera mereka.
Israel juga “menerapkan kebijakan merespons tegas setiap pelanggaran di Gaza untuk menunjukkan bahwa Hamas tidak akan dibiarkan memulihkan kekuatannya”, menurut laporan yang sama.
Adapun fase kedua gencatan senjata mencakup beberapa poin penting, antara lain:
Pembukaan kembali Perlintasan Rafah
Penambahan bantuan kemanusiaan
Peningkatan mobilitas warga sipil
Penarikan pasukan Israel ke posisi baru
Pembentukan otoritas pengelola wilayah tanpa keterlibatan Hamas
Pasukan stabilisasi internasional telah disetujui oleh Dewan Keamanan PBB, dan diperkirakan akan terdiri dari personel dari negara-negara Arab dan Muslim. Mereka dijadwalkan tiba dalam beberapa pekan ke depan untuk pelatihan sebelum diterjunkan.
Harian itu juga mencatat bahwa tekanan internasional akan meningkat begitu pasukan asing mulai ditempatkan, mendorong Israel untuk mempercepat operasinya sebelum masuk ke fase berikutnya dari kesepakatan.
Sejak Oktober 2023, perang Israel di Gaza telah menewaskan hampir 70.000 warga Palestina, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Lebih dari 170.000 orang dilaporkan terluka, dan sebagian besar wilayah Gaza mengalami kerusakan parah atau hancur total.
Fase pertama gencatan senjata sebelumnya meliputi pembebasan sandera Israel, pembebasan tahanan Palestina, rencana pembangunan kembali Gaza, serta pembentukan mekanisme pemerintahan baru tanpa melibatkan Hamas.
- Penulis :
- Gerry Eka







