
Pantau - China telah mengerahkan lebih dari 100 kapal angkatan laut dan penjaga pantai ke perairan Asia Timur sejak pertengahan November 2025, memicu meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.
Langkah ini dilakukan di tengah pertikaian diplomatik yang kian memburuk antara China dan Jepang, menyusul pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengenai kemungkinan respons militer jika Taiwan diserang.
Ketegangan Dipicu Pernyataan Jepang dan Penguatan Militer Taiwan
Reuters melaporkan bahwa kapal-kapal China menyebar di wilayah perairan yang membentang dari bagian selatan Laut Kuning, Laut China Timur, Laut China Selatan yang disengketakan, hingga ke wilayah Samudra Pasifik.
Hingga Kamis pagi, tercatat lebih dari 90 kapal China masih berada di wilayah tersebut, meskipun sebelumnya jumlahnya sempat melebihi 100 kapal pada awal pekan.
Pengerahan besar-besaran ini dimulai tak lama setelah tanggal 14 November, ketika China memanggil Duta Besar Jepang untuk China, Kenji Kanasugi, sebagai bentuk protes atas pernyataan Takaichi.
Takaichi menyatakan bahwa Jepang dapat merespons secara militer jika Taiwan diserang, pernyataan yang langsung memicu reaksi keras dari Beijing.
China juga memperlihatkan ketidakpuasan terhadap keputusan Presiden Taiwan Lai Ching-te yang mengumumkan anggaran pertahanan tambahan sebesar 40 miliar dolar AS (sekitar Rp620 triliun) untuk menghadapi potensi ancaman dari Beijing.
China tetap bersikukuh bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayahnya dan menolak segala bentuk pengakuan atas pemerintahan sendiri di pulau tersebut.
Simulasi Serangan dan Latihan Penolakan Akses
Laporan intelijen yang ditinjau oleh Reuters mengungkapkan bahwa beberapa kapal China di wilayah tersebut telah melakukan simulasi serangan terhadap kapal asing.
Selain itu, kapal-kapal tersebut juga menjalankan latihan operasi penolakan akses, yang bertujuan mencegah pasukan asing memberikan dukungan militer jika konflik terjadi.
Seorang pejabat keamanan regional menyatakan bahwa pengerahan kapal ini "jauh melampaui kebutuhan pertahanan nasional China" dan "menciptakan risiko bagi semua pihak".
Ia juga menambahkan bahwa Beijing sedang menguji respons kota-kota utama di kawasan regional dengan pengerahan pasukan yang disebutnya sebagai "belum pernah terjadi sebelumnya".
- Penulis :
- Ahmad Yusuf







