
Pantau - Pemerintahan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan telah menyerahkan proposal rencana perdamaian dan pemulihan ekonomi pasca konflik Ukraina kepada mitra Eropa, termasuk pemulihan hubungan ekonomi dengan Rusia.
Rencana AS: Investasi di Rusia dan Rekonstruksi Ukraina
The Wall Street Journal melaporkan pada Rabu (10/12) bahwa dalam beberapa pekan terakhir, pemerintahan Trump telah mengirimkan sejumlah proposal satu halaman kepada mitra Eropa.
Proposal tersebut memicu negosiasi intens antara pihak Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Dalam rencana tersebut, AS menawarkan investasi dalam sektor energi dan sumber daya Rusia, termasuk proyek produksi minyak di Arktik dan ekstraksi logam tanah jarang.
Selain itu, AS mengusulkan pemulihan sistem lama pengiriman energi dari Rusia ke Eropa dan pasar global.
Rekonstruksi Ukraina juga menjadi bagian penting dari rencana, dengan perusahaan-perusahaan Amerika direncanakan memimpin proyek tersebut.
Biaya rekonstruksi diperkirakan mencapai 200 miliar dolar AS atau sekitar Rp3.335 triliun, yang akan diambil dari aset Rusia yang dibekukan.
Namun, negosiator AS menilai pendekatan Eropa dalam menggunakan dana beku secara langsung akan menguras dana terlalu cepat.
Sebagai gantinya, strategi AS menekankan pentingnya menginvestasikan aset beku Rusia agar tumbuh dan menghasilkan keuntungan berkelanjutan.
Reaksi Eropa dan Diplomasi di Balik Layar
Respons dari pihak Eropa terhadap proposal ini beragam dan bercampur antara skeptis dan sinis.
Seorang pejabat menyamakan rencana ini dengan pernyataan Trump sebelumnya tentang mengubah Jalur Gaza menjadi "riviera Timur Tengah", ungkapnya.
Sumber lain membandingkan rencana kerja sama energi AS-Rusia tersebut dengan Konferensi Yalta 1945, yaitu pertemuan antara AS, Inggris, dan Uni Soviet untuk menyusun tatanan dunia pasca Perang Dunia II.
Sejak pertengahan November, AS gencar mendorong proposal perdamaian baru untuk Ukraina.
Pada 2 Desember lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menerima kunjungan dari utusan khusus AS Steve Witkoff dan Jared Kushner di Kremlin untuk membahas proposal tersebut.
Kunjungan ini memicu spekulasi bahwa pihak Trump sedang membangun jalur diplomatik alternatif di luar pemerintahan resmi saat ini.
Sebagai latar belakang, setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, Uni Eropa dan negara-negara G7 membekukan hampir setengah cadangan devisa Rusia, sekitar 300 miliar euro.
Sebagian besar dana, sekitar 200 miliar euro, disimpan di rekening-rekening di Eropa, terutama di lembaga penyimpanan sekuritas Euroclear yang berbasis di Belgia.
Pemerintah Rusia melalui Kremlin menyatakan bahwa setiap upaya untuk menyita aset negara itu merupakan "tindakan pencurian" dan melanggar hukum internasional, tegasnya.
- Penulis :
- Leon Weldrick







