Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Myanmar Gelar Pemilu Pertama Sejak Kudeta Militer 2021 di Tengah Krisis Kemanusiaan

Oleh Gerry Eka
SHARE   :

Myanmar Gelar Pemilu Pertama Sejak Kudeta Militer 2021 di Tengah Krisis Kemanusiaan
Foto: (Sumber: Sejumlah warga memakai masker wajah terlihat dalam antrean menunggu waktu memberikan suara mereka untuk pemilihan umum di tempat pemungutan suara di Kachin, Myanmar, Minggu (8/11/2020). ANTARA/REUTERS/Stringer/aa.)

Pantau - Pemerintah militer Myanmar memulai fase pertama pemungutan suara pemilihan umum pada Minggu pagi, menandai pemilu pertama sejak kudeta yang menggulingkan pemerintahan sah pada tahun 2021.

Sebanyak 102 kota kecil di Myanmar melaksanakan pemungutan suara dalam tahap awal ini, sementara dua fase berikutnya dijadwalkan berlangsung pada 11 dan 25 Januari 2026.

Pemungutan suara dimulai pukul 6 pagi waktu setempat (2315 GMT Sabtu), dalam kondisi politik dan keamanan yang masih belum stabil.

Parlemen Baru Akan Terbentuk, Presiden dan PM Akan Dipilih

Kudeta militer yang terjadi pada 2021 menjatuhkan pemerintahan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi, dan membuat Myanmar berada dalam pemerintahan darurat selama lebih dari empat tahun.

Pada pemilu sebelumnya, November 2020, NLD menang telak, namun partai tersebut termasuk dalam 40 partai yang dibubarkan pada 2023.

Meskipun begitu, fase pertama pemilu kali ini tetap diikuti oleh sedikitnya enam partai dengan total 4.963 kandidat.

Lebih dari 50 partai lainnya juga akan bersaing di tingkat regional.

Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan yang didukung militer mengajukan sekitar 1.018 kandidat dalam pemilu ini.

Parlemen Myanmar yang bersifat bikameral terdiri dari 440 kursi di majelis rendah dan 224 kursi di majelis tinggi.

Setelah seluruh fase pemilu selesai, parlemen diharuskan bersidang dalam waktu tiga bulan untuk memilih ketua parlemen dan presiden.

Presiden terpilih nantinya akan menunjuk seorang perdana menteri untuk membentuk pemerintahan baru.

Pemilu Digelar di Tengah Krisis Etnis dan Pengungsian Massal

Sejak kudeta militer, Myanmar mengalami konflik etnis bersenjata antara kelompok perlawanan dan aparat militer.

Situasi ini menyebabkan ribuan korban jiwa dan memaksa lebih dari 3,5 juta orang mengungsi dari tempat tinggal mereka.

Pemilu 2026 diselenggarakan di tengah situasi keamanan dan kemanusiaan yang masih rapuh, dengan banyak wilayah masih dilanda ketegangan bersenjata dan ketidakstabilan politik.

Penulis :
Gerry Eka
Editor :
Tria Dianti