Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Rusia Siap Dukung China jika Konflik Taiwan Pecah, Lavrov Peringatkan Jepang untuk Tidak Gegabah

Oleh Gerry Eka
SHARE   :

Rusia Siap Dukung China jika Konflik Taiwan Pecah, Lavrov Peringatkan Jepang untuk Tidak Gegabah
Foto: (Sumber: Arsip foto - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (PMC) bersama Rusia di Jakarta, Kamis (13/7/2023). (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/YU/aa.)

Pantau - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menyatakan bahwa Rusia akan mendukung China jika terjadi konflik di Selat Taiwan, sebagai respons atas meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Jepang.

Pernyataan tersebut disampaikan Lavrov dalam wawancara dengan kantor berita Rusia, Tass, pada Minggu, dan dinilai sebagai sinyal peringatan keras terhadap Tokyo.

Lavrov menyinggung bahwa kepemimpinan Jepang di bawah Perdana Menteri Sanae Takaichi tengah mempercepat proses militerisasi melalui peningkatan anggaran pertahanan nasional.

Ia menyebut bahwa langkah Jepang tersebut perlu dikaji ulang dengan cermat sebelum mengambil keputusan strategis yang berisiko.

"Tetangga Jepang kita seharusnya mempertimbangkan semuanya dengan benar sebelum mengambil keputusan tergesa-gesa," ungkap Lavrov.

Jepang Dinilai Menjadi Pemicu Ketegangan Kawasan

Pernyataan Lavrov menanggapi pernyataan sebelumnya dari PM Takaichi dalam sidang parlemen pada November, yang menyebut bahwa serangan China ke Taiwan bisa menjadi "situasi yang mengancam kelangsungan hidup" Jepang.

Hal itu membuka kemungkinan keterlibatan militer Jepang untuk membantu Amerika Serikat jika terjadi konflik di Taiwan.

Pemerintahan Takaichi sendiri dikenal menganut kebijakan pertahanan garis keras, dan telah berkomitmen memperkuat sistem pertahanan nasional dengan alasan memburuknya situasi geopolitik kawasan Asia Timur.

Lavrov menyebut bahwa jika ketegangan di Selat Taiwan meningkat, Rusia dan China telah memiliki prosedur tindakan berdasarkan perjanjian bilateral yang telah disepakati.

"Mengenai kemungkinan eskalasi di Selat Taiwan, prosedur untuk bertindak dalam situasi seperti itu diatur," katanya, merujuk pada perjanjian dengan China.

Ia menambahkan bahwa salah satu prinsip utama dari perjanjian tersebut adalah "saling mendukung dalam mempertahankan persatuan nasional dan integritas wilayah."

Kolaborasi Militer Rusia-China Dinilai Sebagai Demonstrasi Kekuatan

Selama beberapa tahun terakhir, China dan Rusia telah rutin melakukan penerbangan pembom strategis secara bersama, yang oleh Kementerian Pertahanan Jepang dinilai sebagai bentuk demonstrasi kekuatan yang ditujukan langsung terhadap Jepang.

Beijing dan Taipei memang telah diperintah secara terpisah sejak akhir Perang Saudara China pada tahun 1949.

Namun, China tetap menganggap Taiwan sebagai provinsi yang membangkang dan menyatakan akan menyatukan kembali pulau tersebut dengan daratan utama, termasuk jika harus menggunakan kekuatan militer.

Penulis :
Gerry Eka